Langsung ke konten utama

Richard Dawkins : The Magic of Reality

image by periplus.com
    Magic of Reality merupakan nonfiksi sederhana dan renyah  dari Richard Dawkins. Ia bercerita tentang sains dasar dalam buku terbarunya ini. Magic of Reality berkisah tentang sains dengan cara yang hampir sama dengan seri Einstein tulisan Robert L. Wolke. Bedanya, Dawkins menambahkan unsur mitologi dan asosiasi. Sehingga buku ini lebih menarik bagi anak-anak, tapi tetap bermanfaat bagi orang dewasa.
 Di awal buku, Dawkins mempertanyakan perbedaan sihir (Magic) dengan kenyataan (reality). Menurutnya ada 3 macam sihir, yaitu sihir supernatural (yang berkaitan dengan peri atau hantu), sulap atau stage magic (masuk akal karena trik-triknya logis), dan puitis atau poetic magic (bintang, pelangi, alien). Magic of Reality terutama mendeskripsikan logika dan sains di balik poetic magic.
     Seperti halnya Einstein series, Magic of Reality mempertanyakan beberapa hal tentang sihir dalam cerita rakyat atau mitologi. Dawkins membuka setiap bab dengan cerita tetang mitologi mengenai suatu peristiwa alam kemudian menjelaskan logika sains dari peristiwa tersebut.
     Misalnya dalam bab Gempa Bumi, ia pertama kali bercerita tentang pengalaman pribadinya dengan gempa bumi, lalu menyinggung soal gempa Jepang dan Selandia baru, disusul dengan mitologi tentang gempa di berbagai negara, baru masuk ke cerita litosfer, lempeng tektonik, dan patahan lempeng.
     Cara berceritanya sedemikian mulus dan mudah dipahami sehingga kita bisa memahami logikanya dengan cepat dan menertawakan diri sendiri karena sudah ditipu sejak kecil dengan percaya pada berbagai dongeng.
     Contohnya tindihan (di bab : Are we alone? Apakah kita sendiri?) atau bahasa ilmiahnya : sleep paralysis. Tindihan di Jawa biasanya diasosiasikan dengan makhluk halus yang mengganggu kita. Tidak heran kalau orang yang sedang tindihan sering merasa melihat genderuwo/kuntilanak/alien/malaikat,dkk. Padahal penjelasan tindihan sederhana: impuls dari otak bahwa “kita sudah bangun” belum sampai ke otot mata, tangan, dan kaki. Saya sendiri kadang tindihan, dan yang perlu saya lakukan hanya mencoba sekuat tenaga menggerakkan jari tangan, sesudah itu saya bangun seutuhnya.
     Ada banyak pengetahuan dan nilai yang bisa ditarik dari Magic of Reality. Yang paling utama : bersikap skeptis itu perlu. Jangan langsung percaya pada suatu kejadian yang tidak logis. Simpanlah selalu keraguan di otak kita. Nilai ini sangat berguna kalau kita tidak mau dibodohi.
     Magic of Reality bisa diperoleh di Toko Buku Periplus seharga 90ribu. Versi onlinenya (di Amazon.com dan Kobo)  seharga 189ribu, jadi saya sarankan beli di Periplus saja. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.