Berbeda dengan daftar saham-saham di
kelompok LQ4, JII atau IDX 30 yang dikeluarkan otoritas Bursa Efek, tidak ada
kriteria pasti suatu saham masuk kelompok second
liners atau third liners atau gorengan.
Biasanya saham yang masuk second liners adalah kategori saham
bertumbuh, yaitu saham yang perusahaannya (emitennya) masih dalam fase
ekspansi, rajin membangun pabrik atau cabang di daerah-daerah, penjualannya
naik tinggi, asetnya belum mencapai 100Trilyun rupiah, dan punya hutang besar
(bisa lebih dari 5kali modalnya). Produk-produk atau perusahaan dari saham second liners ini mulai dikenal
masyarakat dan disebut dalam berbagai pemberitaan. Cuma karena nilai transaksinya
(value) tidak kontinu pada nilai ≥50 milyar tiap hari bursa dan utang yang sangat
besar sehingga mereka tidak bisa masuk LQ45.
Contoh saham second liners antara lain : kuartet konstruksi BUMN (PTPP, WIKA, ADHI,
WSKT), trio Ciputra Grup (CTRA,CTRP,CTRS), duo importir gadget (ERAA, TELE),
atau penyedia jasa transportasi (ASSA,TAXI, TRAM).
Sebenarnya ada kriteria mudah
menentukan saham second liners bila
sudah punya software online trading, yaitu dengan mengamati value harian. Kalau
ada saham non LQ45 yang bisa masuk top10 value selama 2 minggu berturut-turut,
ia layak diamati. Bila selama 3 bulan ia bisa masuk top 40 value, mulailah
selidiki fundamental perusahaan. Kalau ternyata laporan keuangannnya bagus dan
labanya naik (contoh : CTRS, ERAA), saham perusahaan tersebut bisa mulai kita
amati atau bahkan dibeli untuk investasi.
Cara lain adalah mereplikasi reksadana
yang isinya murni saham-saham second
liners. Salah satu yang saya amati adalah Simas Saham Unggulan. Isinya
(menurut fundfact sheet): TELE, SUGI,
CNKO, MYOR, dan saham-saham lain yang tidak disebutkan. Dari keempatnya, hanya
TELE dan MYOR yang saya ketahui produknya (voucher hape dan biskuit mayora).
Laporan keuangan keempatnya cukup bagus. Hanya saja batubara sedang terpuruk,
jadi SUGI dan CNKO saya coret dari daftar investasi. MYOR terlalu mahal bagi
kantong saya (harganya nyaris sama Unilever). Jadi saya putuskan untuk
berinvestasi di TELE karena harga per lotnya cukup terjangkau dan fundamental
perusahaannya cukup bagus.
Teman-teman juga bisa memasukkan saham lain yang cukup dikenal dan produknya bisa langsung diamati seperti CMNP (operator jalan tol swasta), BRNA (pengepakan makanan dan minuman), media televisi (EMTK, SCMA, VIVA) ke dalam daftar second liners teman-teman kalau dirasa cocok :)
Komentar