Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Album Musik dan Film Terbaik 2015

Musim penghargaan sudah tiba. Seperti biasa, bulan Februari adalah waktunya berbagi award di dunia seni akting. SAG, Golden Globe, Critic’s Choce, dan diakhiri dengan Oscar. Bagi saya, film terbaik tahun ini masihlah Mad Max: Fury Road dan The Intern. The Bigh Short, karena baru rilis di bulan Januari 2016, saya anggap film keluaran 2016, bukan 2015.         Saya bukan penggemar kronis film, lebih condong menghabiskan waktu mendengarkan album-album musik yang baru rilis, atau mendengarkan radio. Dan album yang paling saya sukai dan paling sering dimainkan di Media Player adalah EMOTION karya Carly Rae Jepsen (diputar 140 kali) dan Every Open Eye dari CHVRCHES (18x). Ada juga 25 dari Adele (6x) dan Taifun dari Barasuara (5x). Tapi saya kurang cocok dengan komposisi musik 2 album terakhir, dan segera bosan sesudah mendengarnya untuk kelima kali. Saya merasa sangat cocok dengan lagu-lagu Carly Rae Jepssen di EMOTION karena alunan nada-nadanya membawa kembali ingatan ke masa

Siti by Eddi Cahyono

  Awalnya saya ragu menonton film terbaik 2014 versi FFI ini. Pertama: tone film ini hitam putih. Kedua: sutradara dan rumah produksinya kurang dikenal. Ketiga: ini film festival, yang berarti bakal membosankan atau terlalu mbulet. Tapi rasa penasaran mengalahkan keraguan. Bioskop dekat rumah pun menyediakan film ini walau hanya satu layar. Di Jogja, yang menjadi setting cerita ini, tiga merk bioskop mempersembahkan total 5 layar. Berbekal tiket seharga Rp 30ribu, es teh, pizza, dan tisu, saya memantapkan hati untuk menonton Siti. Dalam satu ruangan berkapasitas 200 penonton, cuma ada 10 orang yang menonton Siti. Layar sebelah yang menayangkan Surat Dari Praha agak lebih baik, ada 15 orang yang menonton, walau masih kalah jauh dibanding Single yang siang itu berhasil menarik puluhan anak SMP, atau Atlantos yang ditonton tiga puluhan anak TK beserta guru mereka.

Battle Of Es Krim Kacang Hijau: Campina Hula Hula Vs Wall’s Dung Dung

Image belongs to infoeskrim.com  Kurang lebih setengah tahun terakhir ini Wall’s rajin mempromosikan es krim batangan rasa kacang hijau dengan mengusung label Dung Dung. Dengan membawa kembali kenangan akan kacang hijau rumahan buatan nenek, Wall’s membangkitkan rasa penasaran konsumen akan produk barunya ini. Pesaing Wall’s, Campina, ternyata sudah lama memiliki produk serupa di bawah label Hula Hula. Iklan Campina Hula Hula yang tidak seintensif Wall’s membuat banyak orang tidak ngeh dengan keberadaan produk es krim berlabel Hula Hula.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.

The Intern

    Benarkah saat seseorang memasuki masa pensiun ia menjadi tidak berguna, hanya menjadi beban anak cucunya? Bagaimana jika di usia pensiunnya ia masih mampu beraktivitas normal, bahkan lebih produktif dibanding pekerja-pekerja seumuran cucunya? Bagaimana jika sang senior ini bekerja di perusahaan yang sangat kekinian, sebagai karyawan magang senior? Itulah yang dilakukan Ben Whittaker. Pensiunan wakil presiden perusahaan pencetak buku telepon ini bosan dengan hidupnya yang hambar. Ia sudah bertahun-tahun pensiun, sudah 2 tahun ditinggal mati istrinya, dan anak-anaknya sibuk dengan keluarga masih-masing. Ia merindukan rutinitas masa produktifnya. Maka saat ada lowongan dari salah satu perusahaan rintisan dekat tempat tinggalnya, ia memutuskan melamar. “Experience never get old” adalah tagline yang dipasang The Intern. Dalam film ini diceritakan bagaimana Ben beradaptasi dan berinteraksi dengan sesama karyawan dan bos barunya. Walau pertama-tama ia sempat diacuhkan, pelan tapi

Begin Again Dan Lonceng Kematian Compact Disc (CD)

Baru-baru ini saya menonton Begin Again, film musikal tentang idealisme dunia musik. Greta James yang patah hati akibat pacarnya selingkuh bertemu produser musik yang melarat dan tidak produktif. Berdua, mereka membuat sebuah album musik yang direkam secara langsung di ruang terbuka ( outdoor music ). Rencananya, album yang sudah selesai itu akan diserahkan pada sebuah label untuk dipoles dan didistribusikan. Setelah mengetahui bahwa ia dan bandnya hanya mendapat 10% dari harga penjualan sebuah CD, Greta memutuskan mendistribusikan sendiri albumnya lewat internet. Hanya dalam 24 jam, 10 ribu orang membeli albumnya. Begin Again sebenarnya sebuah film tentang keluarga dan kehidupan. Bagaimana bangkit setelah terpuruk, bagaimana berdamai dengan masa lalu, dan bagaimana menghargai orang-orang terdekat. Dialognya sederhana, karakterisasi dan evolusi tiap tokohnya mulus nyaris tanpa hambatan. Latar belakang cerita yang menyorot industri musiklah yang membuat Begin Again menarik

Suite Francaise Dan Sisi Lain Perang

Pada hari Rabu, 6 januari 2016, harian cetak Kompas memuat sebuah berita menarik. Berita yang menyebutkan sambutan hangat rakyat Suriah terhadap kedatangan tentara rusia tersebut membuka sisi lain sebuah perang. Suriah yang diporak-porandakan perang saudara, dihancur leburkan ISIS, menyambut baik kedatangan pasukan Rusia. Rusia dipandang membantuk stabilitas dan menggerakkan perekonomian Suriah yang berbulan-bulan sekarat. Tentara Rusia tidak hanya menghalau ISIS dan Front Al Nusra, mereka membawa uang dan kemampuan belanja ( purchasing power ) yang sangat dibutuhkan menggerakkan roda bisnis Suriah. Sejak batalyon dan skuadron tentara Rusia datang, rakyat Suriah kembali bergairah memproduksi barang dan jasa, serta berdagang. Mereka kembali memproduksi makanan, minuman, hiburan, jasa, dan sandang untuk dijual kepada tentara Rusia. Setelah berbulan-bulan hidup dalam keputus asaan akan perang tiada akhir, rakyat Suriah kembali memiliki tujuan hidup.

The Song Machine: Inside The Hit Factory by John Seabrook

Nama Max Martin (nama aslinya: Martin Sandberg) sudah tenar sebagai jaminan lagu hits yang sering diputar radio dan direkomendasikan Youtube. Mulai dari Backsreet Boys (As Long As You Love Me, I Want It That Way, dst), Britney Spears (Hit Me Baby One More Time), Kelly Clarkson (Since U’ve Been Gone), dan puluhan lagu lainnya. Jika anda seorang penyanyi dan membutuhkan lagu hits untuk melambungkan nama anda, maka anda membutuhkan Max Martin dan kolega-koleganya: Dr. Luke, Stargate, Per Magnusson, Andreas Carlsson, dan para produser lagu Skandinavia lainnya. The Song Machine adalah buku yang didedikasikan bagi para pencipta lagu: para produser, para penulis lirik, para topliners (pengangkat suara pada lagu, sangat dibutuhkan bila suara penyanyi asli lemah dan tidak berkarakter), dan para pengatur nada. Produser-produser musiklah yang menjadi tokoh utama dalam Song Machine. Di buku ini, orang-orang seperti Max Martin, Ryan Tedder, duo Stargate (Mikkel Eriksen dan Tor Hermansen), Ti