Benarkah saat seseorang memasuki masa pensiun
ia menjadi tidak berguna, hanya menjadi beban anak cucunya? Bagaimana jika di
usia pensiunnya ia masih mampu beraktivitas normal, bahkan lebih produktif
dibanding pekerja-pekerja seumuran cucunya? Bagaimana jika sang senior ini
bekerja di perusahaan yang sangat kekinian, sebagai karyawan magang senior?
Itulah yang dilakukan Ben Whittaker.
Pensiunan wakil presiden perusahaan pencetak buku telepon ini bosan dengan
hidupnya yang hambar. Ia sudah bertahun-tahun pensiun, sudah 2 tahun ditinggal
mati istrinya, dan anak-anaknya sibuk dengan keluarga masih-masing. Ia
merindukan rutinitas masa produktifnya. Maka saat ada lowongan dari salah satu
perusahaan rintisan dekat tempat tinggalnya, ia memutuskan melamar.
“Experience never get old” adalah tagline yang dipasang The Intern. Dalam
film ini diceritakan bagaimana Ben beradaptasi dan berinteraksi dengan sesama
karyawan dan bos barunya. Walau pertama-tama ia sempat diacuhkan, pelan tapi
pasti ia berhasil menyesuaikan diri dan mendapat kepercayaan di kantor barunya.
Ia bahkan menjadi tempat mencari solusi bagi teman-teman sekantornya yang
rata-rata berusia sepertiga dirinya. Mereka berkonsultasi masalah keluarga,
kantor, dan hubungan sosial mereka kepadanya.
The Intern mengisyaratkan bahwa: walaupun ada
hal-hal yang terus berubah, beberapa hal tetap berlaku. Seseorang mungkin sudah
menua, tapi pengalamannya selama puluhan tahun tetap relevan. Ia bisa
menyesuaikan diri ke kehidupan saat kekinian dengan terus belajar, bertanya,
dan berinteraksi. Ia mungkin ditinggal orang-orang yang dicintainya, tapi ia
bisa menemukan cinta baru. Teman-temannya mungkin sudah meninggalkannya, tapi
ia bisa berteman dengan generasi yang lebih muda.
The Intern adalah salah satu film komedi
terbaik 2015. Dialog mengalir, kalimat bermakna, akting luar biasa dari Robert
DeNiro sebagai Ben Whittaker, sinematografi yang bersih dan berwarna-warni,
ditambah pesan moral yang dalam tapi tidak menggurui, membuat film ini layak
ditonton lagi dan lagi, terutama saat kita merasa stres.
Kemampuan DeNiro membangun chemistry dan interaksi antar aktor
sungguh luar biasa. Ia mampu membuat akting paling kaku sekalipun menjadi
natural. Kita tidak akan menemui Nat Wolff yang kaku seperti di Paper Towns.
Hampir semua aktor dan aktris “junior” (selain Anne Hathaway) aktingnya terasa
pas di The Intern.
Penonton sangat mudah jatuh cinta pada
karakter Ben Whittaker yang diperankan DeNiro. Ia adalah gambaran ideal kakek
masa kini. Berpikiran terbuka, mau belajar, mudah berteman, berkomitmen penuh
pada pekerjaan, mau mendengar, mampu memberi sejumlah saran yang tepat, dan
menghargai kesetaraan gender. Ia juga tidak pikun, pikirannya masih tajam. 4.5
dari 5 bintang untuk The Intern.
Komentar