Dengan melirik covernya saja kita langsung
tahu bahwa novel ini kisahnya lain dari novel pasaran. Di covernya, Jakarta!
melukiskan bola dunia di dalam belahan kulit durian dengan revolver sebagai
pengganti huruf J di kata Jakarta. Saya akui, sampulnya mengingatkan Jakarta
akan julukan tenarnya, The Big Durian.
Berkisah tentang kehidupan Edwin
Marshall, seorang pembunuh bayaran dengan latar belakang bisnis manajemen,
Jakarta! mengangkat tema gegar budaya dan pergeseran kekuatan geopolitik. Dengan
mengambil mobilitas tokoh utamanya yang berpetualang keliling dunia, Christophe
mengemukakan opininya tentang berbagai negara, antara lain: Jepang, Prancis,
Jerman, China, Brazil, Paraguay, Kuba, Rusia, India, dan Indonesia. Walaupun
judulnya diambil dari nama ibukota Indonesia, porsi Indonesia dan Jakarta
kurang dari 10% dari keseluruhan isi novel. India dan Prancis lebih banyak
disebut dan diceritakan.
Di Jakarta kita tidak akan menemukan
dialog. Semua kalimatnya bernarasi deskriptif. Kita tidak akan tahu apa yang
tokoh-tokohnya rasakan dalam dialog. Karakter tokoh, konflik antar tokoh dan
alur cerita disusun secara eksplisit, tercantum dalam paragraf-paragraf kering.
Sampai-sampai karakter hampir semua tokoh dituliskan dengan detail saat perjumpaan
tokoh utama dengan karakter lain. Membuat pembaca bertanya-tanya apa sebegitu
sulitnya mengarang dialog perkenalan dan konflik.
Konflik emosi antar karakter nyaris tidak ada. Saat adik Edwin, Nigel, meninggal seluruh anggota keluarga hanya digambarkan sangat sedih, sengsara dan mati rasa. Saat kekasih edwin hamil, hanya digambarkan betapa bahagianya ia sampai melompat. Sesudah itu kering,tanpa emosi.
Membaca Jakarta! seperti membaca
narasi opini dalam blog-blog media online terkemuka dan “serius” seperti
Businessweek dan Guardian. Kita jadi lebih mengenal negara-negara yang
diceritakan dalam narasi dibanding karakter tokoh-tokohnya. Misalnya: Prancis
digambarkan sebagai negara yang cupet, kuno
tapi tamak, Jepang antusias tapi sulit meminta maaf atas kesalahan di Perang
Dunia II dan populasinya menua, Jerman pintar merencanakan, menata dan
mengeksekusi strategi jangka panjang (bahkan secara eksplisit dituliskan Jerman
raja Eropa), India haus transfer teknologi, Arab bodoh tapi kaya, dan
lain-lain. Narasi geopolitik ini mencakup 70% dari isi buku. Hampir tiap
halaman ada pandangan ekonomi atau geopolitik penulis terhadap suatu negara.
Rasanya seperti Joseph Weisenthal atau Nouriel Roubini yang memaksakan diri
menulis novel. Kesannya, Christophe lebih jago menulis analisa politik dan keuangan global daripada
mengarang novel.
Dari Jakarta! pembaca bisa mendapat
perspektif baru tentang pergeseran kekuatan ekonomi di dunia. Asia sedang
bangkit, dimotori oleh China dan India. Kebangkitan kedua negara ini mengangkat
perekonomian negara-negara Asia lain dan Afrika. China dan India butuh bahan
baku dan energi dalam jumlah besar sehingga mereka gencar mengimpor batubara
dan mengembangkan nuklir. China butuh pasar besar untuk memasarkan
produk-produknya, maka mereka menancapkan investasi modal di kawasan Asia dan
Afrika.
Di sisi lain, Jepang dengan aging populationnya tidak sanggup
mengikuti derap langkah China dan India. Deflasi dan penggangguran menutup
peluang mereka. Jepang memang masih rajin menelurkan ratusan inovasi tiap
tahun, tapi mereka kesulitan memasarkan produk-produknya karena sibuk
berkonflik dengan tetangga-tetangganya.
Eropa pun sudah menua seperti Jepang.
Di benua ini, hanya Jerman yang sanggup bertahan. Nilai surplus ekspornya
sangat besar, hampir 3 kali lipat surplus China. Masalahnya, Jerman harus
mengatasi krisis Euro, pengangguran di seluruh Eropa dan pengungsian (hampir)
seorang diri. Negara-negara Eropa lain masih sibuk dengan urusan politik dalam
negeri mereka. Akan tiba saatnya Jerman berpikir untuk keluat dari zona Euro
untuk mempertahankan supremasi ekonominya. Negara-negara seperti Prancis atau
Belanda sudah mulai kehabisan nafas bersaing di kancah perekonomian dunia.
Spanyol, Italia, Yunani, Siprus dan Portugal sudah jelas-jelas kalah dan sibuk
merengek bantuan ke Jerman.
Jakarta! memberikan informasi dan pola
pikir yang baru bagi kita untuk memandang dunia. Bagi yang pnya visi ekonomi
global, novel ini wajib dimiliki. Hanya dengan menamatkannya kita bisa
mengetahui dan memahami dinamika ekonomi dan geopolitik global. Jangan pikirkan
masalah cerita atau plot. Tempatkan diri kita di posisi Edwin dan lihatlah
dunia dalam perspektif global. Selamat membaca.
Komentar