Langsung ke konten utama

4 Dimensi Investasi

Menurut John Bogle dalam Common Sense on Mutual Funds, ada 4 dimensi investasi yang perlu diperhatikan investor manapun, yaitu: risiko, return (imbal hasil), biaya, dan waktu. Risiko, return, dan biaya bisa dibayangkan sebagai sebuah kubus. Risiko adalah panjang, return adalah lebar, dan biaya adalah tinggi. Waktu adalah dimensi keempat yang menentukan besar kecilnya kubus tersebut. Semakin lama waktu investasi semakin besar nilai investasi yang  bisa didapat. Semakin lama waktunya, semakin besar kubusnya. Sebaliknya, semakin pendek waktunya, semakin kecil kubusnya.

Mari kita kupas satu per satu. Risiko diletakkan di awal karena terkait dengan kondisi psikologis investor. Jika investor bersedia menerima risiko tinggi, maka ia akan mendapat return tinggi pula. Namun jika ia tipe yang mudah panik, berarti ia tidak dapat menerima risiko tinggi, maka ia harus puas dengan return yang sedang-sedang saja. Jenis pertama disebut investor progresif, yang kedua kerap dipanggil investor konservatif, dan di tengah-tengahnya ada investor moderat.
Dimensi ketiga adalah biaya. Biaya penting karena bisa mengurangi imbal hasil yang didapat. Misal AA adalah investor progresif yang berhasil mendapat return 18% setahun dari reksa dana-reksa dana nya, tapi ia terkena biaya pengelolaan, biaya pencairan, dan biaya lain-lain sebesar 5%, maka ia hanya akan mendapat return 13%, setara dengan return investor moderat.

Sama dengan risiko, waktu juga terkait dengan kondisi psikologis investor. Jika ia tipe yang sabar menumpuk investasi sedikit demi sedikit dalam jangka waktu lama, ia bisa mendapatkan hasil investasi yang besar kelak. Sebaliknya, jika ia cuma punya waktu 2-3 tahun, maka ia sulit menumpuk hasil investasi besar. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.