Langsung ke konten utama

RISK & RETURN




           Dalam investasi dikenal istilah premi risiko, yaitu risiko yang bersedia ditanggung oleh investor bila ingin menginvestasikan dananya di instrumen investasi. Hukum investasi yang berlaku adalah high risk high return. Semakin tinggi risikonya, semakin tinggi imbal hasilnya. Untuk mendapatkan imbal hasil tinggi, investor harus berani menanggung sejumlah risiko. Return (imbal hasil) mengikuti risiko. Hal inilah yang kerap dilupakan investor. Mereka bersedia menerima imbal hasil tinggi tapi enggan menerima risikonya.

            Contohnya ketika mata uang asing menguat dan rupiah jatuh. Mereka yang bermain di pasar derivatif (forex) harus menjual rugi asetnya. Mereka yang berinvestasi di pasar saham dan komoditas,dan menggunakan margin (dana utangan), juga senasib. Dijual paksa asetnya. Merekalah yang paling sering menyalahkan pihak asing, kondisi politik, cuaca, dan lain-lain. Merekalah yang tidak memahami bahwa risiko berbanding lurus dengan imbalan.
Ketika mereka memutuskan masuk ke instrumen investasi berisiko, seharusnya mereka paham risiko dan aturan mainnya dulu. Imbalan mengikuti risiko, bukan risiko muncul setelah imbalan. Pelaku pasar modal dan derivatif jumlahnya banyak, masing-masing punya harapan dan ketakutannya sendiri-sendiri. Jadi dalam jangka pendek harga suatu saham/komoditas tidak bisa diprediksi. Sebagus apapun teknikal analisis, kita tidak bisa memprediksi kejadian esok hari.
Beberapa ekonom menyatakan dalam jangka pendek pasar saham berfungsi sebagai mesin voting. Dalam jangka panjang pasar saham adalah mesin kebenaran. Harga suatu instrumen investasi (emas,saham, forex, komoditas) sebagian ditentukan oleh harapan yang diletakkan investor kepada instrumen tersebut. Jika harga suatu saham atau emas membumbung melebihi harga wajarnya, berarti kebanyakan investor menaruh harapan terlalu tinggi pada emas atau saham tersebut. Bila suatu saat ada berita atau peristiwa yang merusak kepercayaan investor, harga saham atau emas bisa turun dalam. Hal ini bisa memicu panic selling (hampir semua investor menjual asetnya karena takut) dan harga emas atau saham jatuh semakin dalam. Risiko turunnya harga saham inilah yang ingin dihindari oleh semua investor.
Hanya saja, investor yang ikut masuk saham atau komoditas karena rekomendasi orang lain sering tidak paham risiko berinvestasi. Merekalah yang pertama kali panik ketika harga saham atau komoditas jatuh. Dan merekalah yang biasanya menanggung rugi paling besar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.