Langsung ke konten utama

Metodologi Analisa Saham : Outlook Ekonomi


Kemarin-kemarin saya sudah bercerita tentang bagaimana memilih investasi berdasarkan jangka waktu dan tujuan berkali-kali. Jangan bosan ya teman-teman J . Kali ini saya akan berbagi pengalaman memilih investasi saham berdasarkan pendekatan top down. Top down berarti memilih berdasar pendekatan umum lalu mengerucut ke pendekatan khusus.
Di harian kontan atau investor sering sekali dibahas pilihan saham-saham per sektor tiap bulan desember atau januari. Biasanya diawali dengan edisi Outlook Ekonomi tahun xxxx , prediksi naik turun tiap industri, diakhiri dengan edisi calon Top Performers tiap emiten saham.
Urut-urutan mereka menyesuaikan pakem analisa pemilihan saham perusahaan dari makro ke mikro. Diawali dengan analisa ekonomi, lalu analisa industri dan diakhiri dengan analisa saham. Bisa saja langsung lompat ke analisa saham, tapi sebagus-bagusnya finansial dan teknikal analisis kalo penjualan jeblok karena kondisi makro ekonomi turun tetap saja membuat harga saham meluncur jatuh.
Analisa ekonomi yang sering diberi judul Outlook Ekonomi memuat pendapat dan analisa kondisi ekonomi selama setahun yang akan datang dari pihak pemerintah (Kepala BKPM, Menteri Keuangan, Wakil Presiden), CEO perusahaan terkemuka, analis perbankan dan pasar modal, serta redaktur senior media ekonomi ternama.
Untuk versi optimis dari Outlook Ekonomi saya condong ke Globe Asia dan anak-anaknya(Investor, The Jakarta Globe). Versi pesimisnya paling bagus Majalah Tempo. Globe Asia condong memberi harapan luar biasa tinggi dengan pandangan sangat positif dan nyaris tanpa kekurangan. Tempo memberi argumentasi yang dilengkapi data-data statistik dan opini pihak pemerintah, redaktur dan analisa perbankan.
Dalam Outlook Ekonomi, para ahli tersebut memprediksi kondisi ekonomi, hambatan dan peluang Indonesia.  Hambatan dan rintangan apa saja yang mungkin muncul, potensi kemajuan Indonesia dan bagaimana memanfaatkannya, serta prediksi sektor mana saja yang mungkin tumbuh.
Prediksi mereka juga belum tentu betul. Desember 2011 mereka memprediksi komoditas batubara dan sawit akan terus naik. Ternyata Mei 2012 pemerintah mengeluarkan aturan larangan ekspor mentah 25 bahan tambang disusul melambatnya ekonomi China di bulan Juni. Sejak saat itu harga saham-saham pertambangan dan sawit meluncur turun.
Sebagian prediksi mereka benar karena contohnya terlihat jelas sekali di manapun. Sektor otomotif, konsumer, perbankan dan ritel tetap naik walau krisis Eropa dan China mengancam. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.