Semakin tambah umurku,semakin banyak variasi bacaan dan tontonanku. Dulu waktu masih jaman balita, paling doyan majalah Aku Anak Soleh dan bacaan cerita rakyat dari seluruh dunia dan penjuru Indonesia. Acara TV favorit paling Kura-Kura Ninja dan Voltron. Kalo kamis malam suka nekat nonton Friday 13th (TVRI jam 21.30 :p ). Waktu itu televisi masih bayar pajak penyiaran dan kepemilikan TV yang tarifnya Rp 150/bulan. TVnya pun masih pake aki karena awal tahun 90an belum semua kota dialiri listrik. Padahal waktu itu aku masih di Tegal.
Masuk SD pindah ke Bobo, sama-sama majalah anak tapi isinya lebih variatif dan mendidik daripada Aku Anak Soleh yang menurutku kering karena mengajarkan agama melulu, tidak ada pengetahuan yang menarik, gambar dan cerita lucu atau tips sehari-hari yang bermanfaat. Waktu SD kelas 1 cawu 3 aku pindah ke Magelang, kota yang jauh lebih sejuk daripada Brebes atau Tegal (tempat tinggalku sebelumnya). Di masa Sekolah Dasar ini aku juga mulai berkenalan dengan televisi lebih intens. Kura-Kura Ninja,Voltron, dan Friday 13th sudah tidak tayang lagi di TVRI. Mulai ada TPI yang menayangkan Ramayana dan Mahabharata versi India (yang sukses bikin aku tergila-gila dengan dunia wayang) dan RCTI yang memutar Hello Kitty, Sailor Moon, Ksatria Baja Hitam (Kamen Rider Black), Heidi dan Magic Knight Rayearth. Waktu itu seisi dunia (dan aku) seolah-oleh terbius oleh pesona Sailor Moon dan Ksatria Baja Hitam. Hampir setiap bulan aku membeli komik Sailormoon. Kalo tabungan belum cukup membelinya, lari ke rental komik terdekat atau meminjam teman buat membacanya. Kotaro Minami sang pemeran Ksatria Baja Hitam juga bikin kesengsem. Selain ganteng, dia juga pas banget sebagai Ksatria Baja Hitam.
Beranjak SMP, demam Sailor Moon dan Ksatria Baja Hitam mulai surut, digantikan oleh maraknya tayangan musik asing di televisi seperti Channel V, MTV dan Ekspresi. Dimulailah demam boysband dan girlsband yang dimotori Boyzone dan Spice Girls. Buku bacaanku berpindah dari komik ke novel-novel Enid Blyton dan Agatha Christie. Sailor Moon terlupakan, digantikan oleh Darrel Rivers dan Hercule Poirot. Komik yang kubaca pun berganti menjadi Detective Conan (author: Aoyama Gosho) seiring dengan kesukaanku terhadap Agatha Christie. Konsumsi komik koleksi pun berpindah ke Detective Conan. Kelas 2 SMP keluargaku pindah ke Temanggung, berganti teman dan suasana lagi. Temanggung udaranya lebih dingin daripada Magelang dan kotanya juga lebih kecil, walaupun Kabupaten Temanggung jauuuuhhh lebih luas daripada Kotamadya Magelang.
Di depan sekolahku (SMP2 Temanggung) ada rental komik dan novel. Maka tidak heran kalau uang sakuku habis untuk menyewa buku dan komik. Mulailah perkenalanku dengan John Grisham (Pelican Brief dan The Firm), Sidney Sheldon (Doomsday Conspiracy), Michael Crichton (Kongo) dan pengarang- pengarang lain yang sudah kulupakan. Sebagai anak SMP yang sedang puber, bacaan itu betul-betul laksana oase di padang pasir bagi kegilaanku akan science. Michael Crichton menawarkan riset mendalam tentang pedalaman Afrika dan kondisi teknis ekspedisi berlian. Sidney Sheldon dengan fantasi liarnya mengajakku menyusuri dunia bisnis, politik dan militer USA. John Grisham dengan fasih menceritakan jalan hidup pengacara-pengacara yang menjadi tokoh utama novelnya dan perjuangan mereka meraih keadilan versi mereka yang kadang tidak sejalan dengan keadilan versi lingkungan dan tempat kerja.
Majalah yang kubaca saat SMP kebanyakan majalah dan tabloid tentang dunia gemerlap ala selebritas seperti Fantasi, Aneka, Gadis, bahkan aku sempat berlangganan Kawanku selama setahun. Tapi karena saat ABG dunia novel lebih menarik aku jadi jarang membaca majalah.
Komentar