6
bulan terakhir ini berita-berita di televisi Eropa dipenuhi dengan segala hal yang
berhubungan dengan kenaikan Pajak di Prancis. Mulai dari kaburnya artis dan
pengusaha Prancis ke negara lain, kenaikan pajak impor sawit hingga 300% (yang
pasti memotong keuntungan pabrik-pabrik sawit di Indonesia), migrasi Sumber
Daya Manusia mereka ke negara lain, dan migrasi olahragawan mereka ke China dan
Timur Tengah.
Dibandingkan
dengan pajak perorangan di Jerman (65%), Inggris (35%) atau Amerika (24%),
pajak di Prancis terbilang besar, yaitu 75%. Bedanya, pajak ini hanya
diterapkan kepada kaum superkaya dengan penghasilan lebih dari 1 juta Euro.
Walaupun
pengadilan konstitusi memutuskan untuk membatalkan pajak orang kaya tersebut karena
bertentangan dengan konstitusi, tetap saja sejumlah milyuner berpindah
kewarganegaraan. Yang paling heboh adalah kepindahan Bernard Arnault (Pemilik
Grup Louis Vuitton) ke Belgia dan Gerard Depardieu (aktor dan pengusaha
restoran) ke Rusia.
Pemerintah
Prancis memang tengah berusaha meningkatkan pemasukan dari pajak guna membiayai
defisit neraca dan membayar obligasi Pemerintah yang akan jatuh tempo. Dibandingkan
dengan tetanggaya Jerman, Prancis perlu berjuang ekstra keras guna
mengembalikan perekonomian yang tengah terpuruk. Prancis tengah terbelit
masalah pengangguran yang meningkat, berkurangnya pemasukan negara, penurunan
kinerja industri, dan lain-lain. Produk-produk made in France kalah bersaing dengan made in China, apalagi China sekarang sudah mulai mengejar
ketertinggalan di bidang kualitas.
Industri
otomotif Prancis gagal bersaing dengan mobil-mobil mewah buatan Jerman di pasar
Asia. Industri fashionnya berhasil meningkatkan penjualannya di pasar China,
tapi besarnya biaya produksi dan operasional memangkas margin keuntungan
mereka. Berkurangnya laba industri berarti menyusutnya pajak yang akan disetor
industri ke pemerintah. Tidak heran Pemerintah Prancis berupaya meningkatkan
penerimaan dari pajak.
Kriteria
pendapatan di atas 1 juta Euro justru membuat kalangan terpelajar, teknisi dan
manajerial ikut memilih hengkang ke mancanegara. Mereka beranggapan lebih baik
hidup di negara-negara Skandinavia atau Jerman dengan fasilitas umum memadai
dan kesejahteraan terjamin daripada hidup di Prancis yang rawan kerusuhan buruh
dan fasilitas umum kurang memadai. Akibat hengkangnya SDM berkualitas membuat
deindustrialisasi di Prancis semakin parah. Sebaiknya Pemerintah Prancis
memikirkan cara sosialisasi kenaikan pajak ke warga negaranya dengan lebih
komunikatif dan menarik.
Pajak
terbaru yang akan mereka terapkan adalah pajak internet. Pajak ini akan
dibebankan kepada raksasa internet seperti Google dan Facebook. Mereka beranggapan
bahwa Pemerintah berhak menarik bayaran atas informasi pribadi yang sudah
diberikan warga negara kepada Google dan Facebook. Sejauh ini usulan pajak
internet masih dalam tahap rancangan, tapi bisa diperkirakan kalau sebagian
besar kalangan industri akan menolak karena menganggap promosi melalui social media atau Google AdWords.
Komentar