Langsung ke konten utama

Fast Food Nation by Eric Schlosser

Fast food Nation adalah buku industri makanan olahan ke tiga yang saya baca tahun ini, setelah Salt Sugar Fat dan Pandora’s Lunchbox. Jika kedua buku sebelumnya berfokus pada kandungan bahan-bahan kimia (ingredients) dalam makanan olahan (processed food), maka dalam Fast Food Nation, Eric Schlosser memusatkan perhatiannya pada operasional industri restoran dan food processing, terutama kondisi karyawan, kebersihan daging yang diolah, dan perilaku amoral pendiri dan eksekutif perusahaan-perusahaan pemasok bahan mentah makanan olahan.

Garis besar buku ini terbagi menjadi 3, yaitu: industri restoran, pengolahan kentang, dan pengolahan daging. Lokasi cerita ini berpusat di Colorado, dimana industri restoran berkembang dan industri bahan mentah makanan seperti: daging ayam, daging sapi, kentang, kedelai, dan rumah pemotongan hewan, berkembang.
Schlosser mengambil sudut pandang narasinya dari pekerja migran yang diperas tenaganya oleh pabrik pemotongan hewan hingga cacat, dari orang tua yang anak-anaknya tewas akibat E. coli, dari peternak dan pemilik ranch yang bunuh diri karena ditekan industri pemrosesan daging, dan dari petani kentang yang terpaksa menjual lahannya karena ditekan industri restoran.
Dibanding kedua buku sebelumnya, Fast Food Nation lebih menusuk emosi pembacanya karena ia mengambil sudut pandang orang-orang yang kalah dalam perkembangan industri restoran dan makanan olahan, terutama mereka yang kalah semata karena kalah dana atau tidak berdaya. Emosi pembaca dikoyak, empati kita diuji. Hampir dua per tiga bagian buku ini didedikasikan kepada orang-orang yang kalah tersebut.
Namun, seperti halnya Goldman Sachs dalam Flashboys, antagonis dalam buku ini pun bisa berubah menjadi protagonis. McDonald, yang hampir separuh cerita diposisikan sebagai antagonis, di akhir cerita menjadi kekuatan protagonis yang mampu memaksa seluruh pelaku dalam supply chain untuk berubah menjadi lebih baik, lebih higienis, lebih peduli kepada karyawan-karyawannya, dan lebih aman dalam memproses produknya.

Buku setebal 494 halaman ini bisa diperoleh di Google Play dengan harga 300 ribuan. Saya sendiri lebih memilih untuk meminjamnya di perpustakaan, karena kebetulan bisa dipinjam (bukan buku arsip). 3.5 dari 5 bintang untuk Fast Food Nation

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.