Oke, buku ini kocak abis. Daya tarik sekaligus kelemahan utamanya ada pada penyebutan merk-merk dari Eropa yang mencapai 30% dari narasi novel, misalnya X mengenakan jas bottega veneta, yang dipadu dengan sepatu adidas superboost, jam philippe patek, dan ikat pinggang louis vuitton. Walaupun sebagian besar pembaca belum pasti kenal siapa itu ermenegildo zegna, atau dior, tapi penyebutan merk eropa seolah menaikkan gengsi penulis cerita dan membangkitkan rasa penasaran pembacanya (kalau bingung dengan bentuk fisik dari mereka yang ditulis, datang saja ke Plaza Indonesia, niscaya kita akan paham).
Dari segi pengembangan karakter, buku ketiga dari seri Crazy Rich Asians ini sangat berhasil. Pembaca dihadapkan dengan konklusi dari kisah Rachel dan Nick. Kita juga diperkenalkan lebih lanjut dengan sosok Ah Ma, patron keluarga besar Young, cerita beliau di masa lalu, serta polah tingkah sanak-saudaranya saat ia berhadapan dengan maut.
Di mata sobat missqueen mcam saya ini, perilaku orang-orang kaya Asia Tenggara ini sungguh tidak masuk akal, sekaligus kocak. Buat apa naik pesawat pribadi hanya agar bisa pijat di udara, mencegat pesawat yang sudah terlanjur di udara hanya demi menjemput dokter di dalamnya, membakar rumah kertas super detail di hari pemakaman, dan lain sebagainya. Uangnya kan bisa untuk membiayai masa tua dan pensiun.
Mewahnya hidup para Crazy Rich Asians ini juga menunjukkan bahwa timpangnya akses terhadap kesejahteraan, modal, dan pendidikan di masa lalu bisa berakibat hingga 2-3 generasi ke depan.
Secara keseluruhan, Rich People Problems adalah buku yang menarik, mampu membuat pembacanya ketagihan, dan sangat-sangat menghibur. Tidak usah berpikir yang berat-berat amat kala membaca. Just read and laugh.
Komentar