Langsung ke konten utama

First Weeks

    Ohayou gozaimasu. This month I start my new job as a marketing in one of investment company. Minggu-minggu pertama bekerja terasa membosankan. Kebanyakan kegiatan diisi dengan belajar, membaca, dan mendenganrkan saran dan petuah dari atasan, senior dan teman-teman. 
    Kesempatan praktek datang satu kali saat ada calon nasabah baru datang dan meminta saran. Saat itulah saya bisa mempraktekkan ilmu persuasif, menerangkan produk-produk yang ditawarkan perusahaan dan mengajak calon nasabah memahami lebih jauh dunia investasi.

    Selama minggu-minggu pertama ini saya harus memanggil ingatan masa lalu ketika saya masih sangat tertarik menggali ilmu tentang dunia keuangan dan investasi. Waktu itu saya memborong majalah-majalah investasi dan giat membaca dan menganalisis berbagai peristiwa yang saat itu marak diberitakan. Sampai saya mencapai titik jenuh dan kembali beralih ke dunia sains.
    Saya mengenal cara-cara berinvestasi pertama kali karena tertarik dengan reksa dana dan saham. Dulu saya berpikir betapa tingginya nilai inflasi dan semakin rendahnya nilai uang yang saya punyai. Reksa dana menarik karena bisa menutupi inflasi dan biaya bulanan tabungan saya. Saham menarik karena potensi keuntungan yang ditawarkannya.
    Dari hasil membaca buku-buku dan majalah-majalah saya tahu bahwa ada berbagai macam jenis investasi. Ada investasi rumah, emas, saham, obligasi, reksa dana, surat utang, dan lain sebagainya.
 Sebelum mengenal dunia investasi lebih jauh saya cuma tahu bahwa uang sebaiknya ditabung di bank agar aman atau dibelikan emas, rumah, tanah. Hanya sejauh itu yang saya tahu tentang seni mengelola uang. Setelah mengenal dunia investasi saya tahu bahwa nilai uang saya pasti berkurang dari tahun ke tahun karena ditelan inflasi. Sehingga saya harus mengelola sebagian uang tabungan agar dana tidak ditelan inflasi.
    Untuk investor pemula yang baru belajar, saya menganjurkan membeli logam mulia (emas) atau reksa dana yang dapat diperoleh dengan dana kurang dari satu juta rupiah. Beberapa bank bahkan menjual reksa dana seharga seratus ribu untuk investor pemula. Setelah dananya lumayan besar dan sudah terkumpul lumayan banyak bisa dibelikan tanah atau saham. Tanah bisa meningkat menjadi rumah atau properti lain tergantung lokasinya. Berinvestasi  saham bisa dimulai dari saham perusahaan besar dan stabil (saham bluechip). Seiring dengan berjalannya waktu, investor bisa belajar trading saham dan menentukan jenis investasinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.