Jika kita rajin membaca berita tentang
bursa di surat kabar maupun internet, pasti ada saja berita buruk dari
mancanegara maupun domestik yang menghantui bursa. Dari dalam negeri ada gosip
naiknya harga bahan bakar bersubsidi, naiknya tarif listrik, langkanya
komoditas bumbu dapur, dan ketidakbecusan pemerintah menangani investasi
pabrik. Dari luar negeri juga beragam berita buruk menerpa. 2008 ada krisis KPR
macet di Amrik (subprime mortgage),
2009-2011 soal kolapsnya Yunani, 2012 masih soal Yunani ditambah hutang Amerika
yang membumbung, dan 2013 tentang kolapsnya perbankan Siprus. Entah berita apa
lagi yang esok datang. Media tidak pernah lelah membombardir kita dengan berita
buruk.
Banyaknya berita buruk dari
mancanegara sebetulnya wajar karena lebih dari 60% dana yang beredar di bursa
berasal dari investor mancanegara. Porsi investor lokal, apalagi investor ritel
perorangan lebih kecil.
Kalau menuruti berita dan prediksi
yang mengakhiri setiap berita, sepertinya Indonesia bakal runtuh kapan saja.
Tetapi perekonomian Indonesia selama tahun 2009-2012 termasuk salah satu yang
terkuat di dunia dan terus tumbuh. Investor asing bersedia berinvestasi di
bursa saham dan obligasi (SUN,SBI,SBSN, FR) adalah bukti kuatnya perekonomian
Indonesia.
Dibanding menaruh dana di Eropa atau
Jepang yang hanya memberi imbal hasil 0-1.5% per tahun, berinvestasi di Surat
Utang Negara Indonesia dengan kupon 3-4% setahun jelas lebih menguntungkan.
Berinvestasi di Bursa Efek Indonesia yang mampu memberi keuntungan 10-20% pun
sangat menggiurkan. Jangan kaget kalau sebagian besar pembeli obligasi negara
dan saham-saham blue chip adalah
pihak asing. Kalau pihak asing saja percaya dengan kekuatan perekonomian
Indonesia, kenapa warganya sendiri tidak?
Ekonomi Indonesia mampu tumbuh 6%
selama 2011-2012 dengan bertumpu pada konsumsi dan investasi. Kawasan-kawasan
industri terus berkembang, tidak hanya di Jakarta saja tapi juga ke
provinsi-provinsi lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur (terimakasih atas
kenaikan UMP Jakarta). Apartemen dan perumahan terus dibangun dan laris bak
kacang goreng. Wirausaha-wirausaha lokal dan muda bermunculan hingga ke
daerah-daerah. Perekonomian maju tidak hanya di Jawa, tapi juga merambah ke
pulau-pulau lain.
Bursa saham menggambarkan kondisi awal
perekonomian Indonesia, sehingga sering disebut leading indicator
perekonomian negara. Hingga Maret 2013 saja bursa sudah menguat lebih dari 13%
dan terus rajin mencetak rekor-rekor baru. Indikasi awal ini membuat beberapa
pihak (birokrat, pebisnis, analis) percaya bahwa Ekonomi Indonesia di 2013
benar-benar berputar kencang.
Berita buruk selalu ada di pasar,
perekonomian, bursa dan dimana saja. Mereka mengimbangi (walau kadang menutupi)
berita buruk yang ada. Tinggal kita menyikapi, mau fokus pada berita buruk atau
percaya pada berita baik yang ada di depan kita. Karena kalau terlalu percaya
pada berita buruk, bisa saja kita ditinggal saham incaran yang harganya naik
terlalu tinggi sampai tak terjangkau :)
Komentar