Saya
asumsikan kita mengenal Starbucks. Kalau berkunjung ke Mall terbesar atau
termewah di sebuah kota (terutama kota di Pulau Jawa) logo Starbucks berupa mermaid dengan mahkota bintang di
dahinya siap menyambut kita. Untuk ukuran pelajar dan kaum menengah harga
secangkir kopi Starbucks memang sangat mahal. Tapi di kalangan pegawai
perkotaan dan kaum menengah ngehe
Starbucks adalah lokasi tepat untuk kongkow,
bergaul dan menunjukkan siapa mereka (alias ngeksis).
The
Starbucks Experience ditulis oleh Joseph Michelli, seorang konsultan pemasaran
perusahaan. Isi buku ini berfokus pada 5 prinsip yang dianut Starbucks untuk
mendekatkan diri dengan konsumen, masyarakat, pemasok dan pemegang sahamnya
(istilah kerennya : stakeholders).
Kelima prinsip tersebut adalah:
1.
Lakukan dengan cara anda
2.
Semuanya penting
3.
Surprise
& Delight
4.
Terbuka terhadap kritik
5.
Leave
your mark
Michelli
bercerita tentang bagaimana mitra (karyawan Starbucks dipanggil dengan sebutan
mitra) diajari dan dilatih mengaplikasikan kelima prinsip tersebut dalam
pekerjaannya. Misal saat ada pelanggan yang terlihat tertekan, seorang mitra
akan menawari coklat cair panas dan menemaninya mengobrol. Atau mereka
berkomitmen membeli biji kopi dari pemasok yang punya sertifikat Fair Trade dengan harga yang lebih mahal
dibanding pemasok tanpa sertifikat.
Starbucks
Experience membuka mata kita bahwa ada cara-cara lain untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan dalam jangka panjang tanpa harus menggilas pesaing dan
tetap bekerjasama dengan komunitas di lingkungan tempat bisnis berjalan.
Hal
yang menarik dari buku ini adalah setiap selesai bercerita dan mendeskripsikan
salah satu prinsip Starbucks, michelli akan menyediakan kolom kesimpulan yang
berjudul “Gagasan untuk diserap” yang merangkum poin-poin penting dalam
ceritanya. Kolom ini sangat membantu bila kita terburu-buru atau enggan membaca
keseluruhan cerita.
Ada
pula kolom “Ciptakan pengalaman anda sendiri” yang berada dekat kolom
kesimpulan untuk membantu pembaca memahami lebih baik suatu prinsip Starbucks
dengan mengajkan pertanyaan yang berhubungan dengan pembaca, seperti “hal kecil
apa yang butuh perhatian anda? Peluang apa yang telah anda lewatkan di tempat
kerja anda? Bagaimana meraih status perusahaan yang dicintai? dan puluhan
pertanyaan lain. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu pembaca untuk
merenung, mencari ide dan bertindak agar bisa memperbaiki komunitasnya dan
mengenal diri kita sendiri.
Bahkan
di akhir buku ada “panduan untuk pembaca” yang masih bertanya-tanya bagaimana
menerapkan kelima prinsip Starbucks ke dalam hidup. Sungguh buku yang menyenangkan
untuk dibaca.
Kelemahan
buku ini: Michelli tidak memaparkan apa yang harus dibayar mitra untuk memberi
beberapa cangkir minuman gratis kepada pelanggan atau menemani mereka yang
membutuhkan teman curhat atau memilih
menggratiskan sejumlah makanan dan minuman saat bencana datang. Michelli hanya
memuji-muji mereka karena hal-hal di atas. Ia tidak menambahkan sudut pandang
mitra ke dalam tulisannya. Hanya kelebihan mereka dari sudut pandang pelanggan
Starbucks
Experience mungkin bukan buku yang sempurna karena hanya menceritakan
keunggulan-keunggulan Starbucks. Namun setidaknya kita tahu bahwa di luar sana
ada perusahaan yang bagus dan berusaha menerapkan nilai-nilainya ke operasi
sehari-hari perusahaan.
Komentar