Langsung ke konten utama

Akankah Acara Televisi Lokal Tergusur?



image courtesy of superstock
     Beberapa bulan yang lalu Google memperkenalkan Chromecast, benda mungil seukuran flashdisk yang bisa menyiarkan video dari smartphone atau table ke televisi. Alat ini berfungsi paling bagus saat dipakai untuk streaming Youtube (yang juga dimiliki Google) ke televisi.
Sejak saat itulah muncul pertanyaan, “akankah Youtube menggusur siaran televisi?” saat ini saja kebanyakan kaum muda lebih sering menonton Youtube di gadget dibanding melihat acara televisi. Padahal siaran original Youtube jumlahnya sedikit (kurang dari seribu original production) dan variasinya sangat besar. Apalagi kalau nanti ada production house yang pindah ke Youtube dan berhasil membuat acara tv sekelas Newsroom atau Sherlock, semakin banyak pemirsa tv yang pindah ke Youtube.

Menurut saya, sampai saat ini di Indonesia Youtube belum akan menggusur acara televisi hingga 2 tahun ke depan karena sinyal internet di Indonesia masih lemah (hanya kuat di lokasi tertentu di kota besar) dan kecepatan internet di Indonesia masih rendah. Bagaimana bisa menonton Youtube atau Vimeo kalau kecepatan rata-rata cuma 50 kbps dan sinyal sering hilang?
Namun dengan adanya pergantian pemerintah dan semakin memburuknya acara-acara televisi (seperti yang ditunjukkan kartun Mice di Kompas 8 Desember 2013) sepertinya pergeseran selera masyarakat dari acara televisi ke Youtube/Vimeo bisa segera terealisasi. Semoga kelak tidak ada lagi menteri miskomunikasi dan disinformatika, digantikan oleh menteri dari kalangan profesional yang bisa mempercepat pembangunan backbone internet atau menata infrastruktur internet.
Jujur saja, acara live streaming maupun video-video yang beredar di Youtube jauh lebih bervariasi dan menarik dibanding acara televisi. Kita bisa menonton animasi (mulai dari animasi kasar, one stop motion, sampai 3D), sains (biologi?fisika?kimia?ada semua), seni, teknologi, bisnis/ekonomi hingga politik berbagai aliran ada semua.
Didukung oleh internet yang semakin cepat dan semakin tingginya penetrasi smartphone (atau javaphone yang hanya bisa Youtube saja) semakin cepat Yotube/Vimeo bisa menggusur televisi. Sekarang saja kalangan menengah yang muak dengan siaran televisi lokal memilih memasang televisi berbayar atau tv satelit agar bisa menikmati tayangan yang lebih bermutu. Apalagi piringan untuk menangkap sinyal satelit semakin murah. Kalau 2 tahun lalu kita perlu merogoh kocek 1,3 juta, sekarang dengan 700ribu waja kita bisa menonton 20 saluran televisi lokal dan 120 siaran televisi mancanegara.
Jika di masa depan Chromecast beredar di Indonesia, semakin tergusurlah siaran televisi terestrial. Pemasang iklan bakal pindah ke Youtube atau siaran berbayar sehingga siaran televisi terestrial/lokal mati pelan-pelan. Atau mereka dipaksa menyediakan program dan acara yang lebih bagus supaya bisa tetap bersaing dengan variasi Youtube/Vimeo, seperti yang dilakukan NetFlix dengan House of Cards, HBO dengan Game of Thrones atau BBC One dengan Sherlock.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.