Jepang punya sushi, Meksiko
punya tortilla, Amerika punya Burger, Thailand punya tom yum. Semua negara di
atas punya makanan yang bisa diidentifikasikan dengan mereka, dan bisa ditemui
dengan mudah di berbagai belahan dunia. Indonesia punya rendang dan nasi
goreng, tapi kenapa sulit sekali menemukan kedua jenis makanan tersebut di luar
Asia Tenggara?
Sushi, tortilla dan burger
punya satu kesamaan, yaitu mudah dibuat, bahan-bahan penyusunnya mudah diganti
(disubstitusikan), punya kombinasi warna menarik (hijaunya sayuran, merahnya
daging dan sentuhan mayones atau wasabi). Masakan Indonesia seperti rendang dan
nasi goreng mengandung terlalu banyak bumbu rempah dengan proses pembuatan
berliku. Konsumen tidak bisa langsung meneriman pesanan dengan cepat, harus
menunggu lebih dari 20 menit, bila ia ingin makanan disajikan segar dan hangat.
Dua makanan Indonesia yang paling
terkenal, rendang dan nasi goreng pun belum bisa ditemui versi instannya. Yang ada
mie rasa rendang. Belum ada nasi goreng instan seperti halnya mie instan atau
tiwul instan.
Banyaknya bumbu yang digunakan
berpengaruh terhadap rasa. Sebagian besar olahan rendang lokal dan nasi goreng
punya cita ras spicy yang keras. Budaya
makan masyarakat Indonesia yang menyukai pedas membuat semakin banyak bumbu yang
dipakai semakin bagus. Tapi bagi orang di luar Indonesia, rasa pedas dan
rempah-rempah yang berlebihan bisa membuat mereka sakit perut akut.
Last
but not least, variasi rendang dan nasi goreng sangat banyak. Cuma
tidak ada satu resep pun yang sederhana dan menonjol. Akibatnya, konsumen
mancanegara kesulitan mengidentifikasi makanan khas Indonesia.
Komentar