Buku terbaru yang dibeli
perpustakaan daerah ini langsung menarik perhatian saya. The Fault In Our Stars
adalah salah satu film remaja yang cukup ramai dibicarakan di bulan Juli 2014.
Ceritanya, menurut sejumlah kritikus novel dan majalah bisnis, biasa saja. Tapi
kemampuan sang pengarang, John Green, untuk merangkai dialog dan membuat
jalinan cerita yang unik membuat The Fault In Our Stars sangat populer di
kalangan remaja.
Hazel Grace dan Augustus Waters
adalah 2 orang penderita kanker. Kanker mereka tidak sepenuhnya hilang pasca
pengobatan, tapi terlanjur merusak kemampuan mereka bernafas dan berjalan.
Bersama-sama, mereka berusaha mewujudkan impian satu sama lain dan saling
menyemangati, hingga ajal menjemput. Maut terlebih dulu menjemput Augustus.
Daya tarik The Fault In Our
Stars terletak pada ceritanya yang mengalir, konflik yang bisa dihubungkan
dengan keseharian remaja, karakterisasi kuat tiap tokoh yang tersirat dalam
setiap perilaku dan dialog. Alurnya linear dan mengalir, tanpa subplot. Puncak
ketegangannya bisa dikata absen. Saat mereka berdua berwisata ke Amsterdam bisa
dianggapa saat paling bahagia, karena mereka seolah melupakan kenyataan maut
bisa datang kapan pun.
Kelemahannya: The Fault In Our
Stars versi buku ini sangat-sangat membosankan (seperti juga versi filmnya)
karena nyaris tidak ada ketegangan di dalamnya. Cukup 2 dari 5 bintang.
Komentar