Agak beda dengan Resign yang bisa
membuat pembacanya terpingkal-pingkal sampai sakit perut, MWM mengajak
pembacanya kilas balik ke masa cinta pertama di saat sudah menginjak usia
matang, dengan bumbu agak berat: kesetaraan gender.
Sydney setuju menjadi kekasih
kontrak Anantha selama sebulan. Lama kelamaan keduanya saling jatuh cinta.
Akibat tekanan dari mantan pacar dan keluarga Anantha, Sydney memutuskan berbohong
agar kekasih kontraknya tersebut mau keluar dari kehidupannya.
Heroine
dalam MWM digambarkan sebagai wanita berprestasi, cantik, dan mandiri yang
membuatnya dijauhi pria. Bahkan teman pria sekontrakannya menyalahkannya atas
segala pencapaian dan kelebihannya tersebut. Sampai ia berjumpa dengan Anantha,
yang sukses tapi lelah dan “kosong” hidupnya. Mereka saling mengisi kehidupan
selama sebulan, sampai perbedaan kasta dan tekanan sosial membuat Sydney
menyerah.
Hal yang paling menarik dari MWB
adalah rayuan-rayuan gombal Ananta kepada Sydney. Walaupun standar dan sering
ditemui di film Indonesia akhir 2017, hal tersebut tetap saja mengundang
senyum.
MWB mungkin salah satu novel yang
berupaya mengangkat kesetaraan gender dengan latar belakang akhir 2000an dan
gaya bahasa kekinian. Akan tetapi banyaknya typo
dan penggambaran adegan yang mengada-ada – terlalu jauh dari kenyataan –
membuatnya membosankan. Sebagai bacaan hiburan ia tetap menarik, walau tidak
terlalu enak dibaca berulang kali.
Komentar