Kemarin, 14 Februari 2010, segenap remaja merayakan Valentine, hari kasih sayang. Sebetulnya bukan cuma remaja saja yang merayakannya. Banyak pasangan dewasa dan anak-anak SD yang ikut-ikutan merayakannya. Di Indonesia ValentineDay identik dengan kegiatan memberi cokelat atau hadiah kepada pasangan. Bahkan di beberapa kota besar kabarnya hari kasih sayang ini juga identik dengan pesta seks bebas di kalangan kaum hedonis. Beberapa stasiun televisi dan radio sudah menyiapkan acara khusus yang bertema kasih sayang jauh-jauh hari. Sedangkan toko kue dan cokelat menyiapkan stok cokelat dan kue khusus untuk hari itu.
Saya sendiri tidak merayakan ValentineDay karena cokelat bisa dimakan kapan saja. Lagipula saya sendiri belum siap mengikat diri kepada orang lain, masih lebih suka bebas ;) . Tapi saya menikmati acara televisi tentang ValentineDay dan kue plus cokelat khusus yang hanya ada pada bulan Februari. Harus saya akui bahwa kue-kue dan cokelat-cokelat itu bentuknya begitu menggoda dompet dan rasanya memanjakan lidah. Saya tidak keberatan membeli kue dan cokelat itu untuk dimakan sendiri ataupun bersama keluarga dan teman-teman.
Ada salah satu segmen di televisi tentang Valentine's Day yang menarik perhatian saya. Di situ diceritakan sekelompok relawan anak terlantar menggunakan Valentine's Day untuk menarik dana dari pengunjung toko cokelat. Relawan-relawan itu meminta bantuan 8 orang chocolatier untuk memasak cokelat istimewa yang dikemas dalam boks berbentuk hati akan dijual di toko-toko tertentu. Tiap boks hanya berisi 7 cokelat, dan untuk mendapatkan cokelat ke8 pembeli harus mengeluarkan uang ekstra sebanya 500 yen. Sebenarnya 500yen adalah harga yang terlalu mahal untuk sebutir kecil cokelat. Tapi karena semua hasil penjualan bersih cokelat itu akan digunakan untuk kesejahteraan dan pendidikan anak-anak terlantar para pembeli dengan senang hati mengeluarkan uang ekstra untuk cokelat kecil itu.
Saya benar-benar terkesan dengan ide kreatif dan semangat juang para relawan tersebut. Mereka yang kebanyak pelajar sekolah menengah bersedia meluangkan waktu luangnya untuk mengurusi anak-anak terlantar, bergerilya dari satu tempat ke tempat lain mencari dana sumbangan, membujuk para chocolatier untuk memasak cokelat istimewa untuk disumbangkan, dan mencari pembeli agar mereka mau membeli cokelat mereka. Idenya brilian dan kerja keras mereka mengagumkan.
Ternyata di dunia yang mulai membusuk ini masih ada ide kreatif yang memanfaatkan kebiasaan kaum hedonis untuk merayakan Valentine's Day dengan tujuan amal. Pembeli senang karena mendapat cokelat enak sambil beramal, chocolatiers bahagia karena merasa bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi sesama, para relawan puas karena berhasil mendapat dana untuk kelangsungan hidup panti asuhan, dan anak-anak di panti asuhan tetap bisa makan dan mendapat pendidikan. Asal tidak disalahgunakan, ide ini sepertinya bisa digunakan di Indonesia.
Komentar