Langsung ke konten utama

Demonstrasi Premium Subsidi

    Kalau membaca berita akhir-akhir ini menjelang kenaikan harga premium subsidi dan tarif listrik sungguh membuat heran. Mahasiswa dan simpatisan partai sibuk demonstrasi di sana sini menentang kenaikan harga. Anggota DEWAN YANG TERHORMAT sibuk mencari simpati dengan pidato dan debat yang mencerminkan kekosongan otak mereka. Semuanya bertindak atas nama rakyat. 
    Sebetulnya rakyat yang mana yang mereka bela? Pedagang di pasar? Pengemis jalanan? Petani di desa? Pemulung? Atau justru mereka berteriak atas nama kepentingan sendiri yang tidak mau menyisihkan sedikit biaya lifestyle untuk membeli bensin?
    Saya yakin 90% mahasiswa yang berdemonstrasi dan 100% politikus yang bercuap-cuap di media memiliki kendaraan bermotor pribadi. Pernahkah mereka membeli pertamax atau pertamax plus? Pasti tidak. Mereka tentu saja memilih bensin premium yang murah.
    Padahal berapa anggaran premium per bulan? IDR 100ribu? IDR 200ribu? Bandingkan dengan harga kendaraan yang mereka pakai atau anggaran pulsa dalam satu bulan. Kalau mereka sanggup membeli motor atau mobil seharusnya mereka juga sanggup menanggung biaya bahan bakarnya, bukan berdemo menuntut tambahan subsidi atas nama rakyat.
    Pernahkah mereka berpikir bahwa premium bersubsidi justru tidak menyentuh sasaran? Berapa persen dari 50juta kilo liter premium bersubsidi yang digunakan oleh kendaraan umum dan angkutan pedesaan? Jauh lebih kecil daripada penggunaan oleh mobil-mobil mewah dan motor-motor balapan liar.
    Pernahkah mereka mencoba membaca laporan keuangan pemerintah? Mencari tahu apa arti subsidi? Mencari tahu kenapa subsidi dihilangkan? Saya hampir yakin bahkan politisi-politisi mata duitan dan mahasiswa-mahasiswa anarkis tidak tahu berapa harga minyak mentah. Bahkan tidak bisa membedakan crude oil dengan premium atau pertamax.
    Yang saya tangkap dari demonstrasi yang terus terjadi justru semakin rusaknya mental mahasiswa dan politikus. Mahasiswa sibuk berdemo dan membakar dan merusak segala hal yang berbau pemerintah seperti mobil dinas atau pagar kantor. Anggota dewan yang terhormat semakin sering menuntut kenaikan tunjangan dan uang lembur setelah kenaikan BBM.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.