Karya salah satu perencana keuangan terkemuka di Indonesia ini layak dibaca dan menginspirasi. Buat orang yang sehari-hari bergelut di bidang investasi dan keuangan buku ini mungkin tidak begitu menarik. Tapi bagi orang biasa yang awam perencanaan keuangan buku ini bermanfaat.
Melalui buku ini Ligwina Hananto mengajak seluruh angggota kelas menengah merencanakan keuangan mereka sebaik mungkin agar dapat memenuhi tujuan-tujuan periode tertentu (jangka pendek, jangka panjang, dan jangka menengah). Ia memaparkan strategi yang direncanakan dan langkah yang ditempuh agar tujuan-tujuan tersebut bisa tercapai.
Siapa sajakah yang disebut kelas menengah? Di awal buku diterangkan beberapa definisi kelas menengah, termasuk definisi dari teman-teman Ligwina di Twitter. Definisi Kelas menengah yang paling mudah adalah orang-orang yang berpenghasilan di atas 3 juta rupiah per bulan, sanggup membeli gadget dan kendaraan sendiri (walau kredit), terpenuhi kebutuhan sandang dan pangan terpenuhi, tapi masih hidup bersama orang tuanya dan tidak punya tabungan sama sekali.
Orang-orang kelas menengah inilah yang kondisi keuangannya perlu diatur dan direncanakan agar bisa hidup mandiri,memiliki aset dan dana darurat, serta bisa menolong orang lain.
Salah satu tujuan jangka panjang yang dipaparkan Ligwinan adalah Dana Pensiun dan Dana Pendidikan Anak. Ia mengingatkan agar orang tidak mudah tertipu dengan embel-embel kata Pensiun atau Pendidikan di produk-produk asuransi dan perbankan. Biaya pendidikan anak naik ±20% tiap tahun. Dana pensiun yang dibutuhkan menyesuaikan inflasi rata-rata 6.5% per tahun. Produk Asuransi dan Tabungan pasti tidak sanggup menyediakan dana Pendidikan dan Pensiun yang dibutuhkan ketika waktunya tiba.
Salah satu cara untuk memenuhi tujuan keuangan adalah dengan berinvestasi. Di sini Ligwina menjelaskan 3 macam investasi yang mampu mendatangkan imbal hasil cukup besar (alias melebihi inflasi tahunan) yaitu bisnis, properti, dan surat berharga. Memiliki satu saja di antara ketiganya cukup bagus, dan memiliki ketiganya sekaligus sungguh luar biasa. Asal pengaturan rekening pengeluaran, investasi, tabungan, bisnis dan properti dipisah dan disiplin menggunakannya maka kondisi keuangan akan prima.
Ligwina tidak lupa mengingatkan agar memasukkan agenda beramal ke dalan rencana keuangan. Beramal membersihkan dan menentramkan jiwa. Ia tidak menganjurkan kita memberi uang kepada pengemis. Lebih baik beramal kepada organisasi atau lembaga amal yang diaudit dan jelas penggunaannya.
Di bagian akhir buku ini ada checklist untuk memastikan kesehatan kondisi keuangan kita. Dimulai dari langkah-langkah sederhana seperti menyisakan 10% penghasilan hingga memiliki rumah dan obligasi sendiri. Ada juga saran-saran kepada para fresh graduate yang baru mulai bekerja.
Buku ini dijual dengan harga ID 72000. Dengan kualitas kertas dan cetakan yang bagus, rasanya wajar kalau kita menebusnya dengan harga lumayan mahal. Isinya pun bermanfaat. Memotivasi kita agar merencanakan kondisi keuangan kita dan memahami manfaat keuangan yang sehat untuk masa depan dan sekarang.
Memang tidak semua saran dan langkah yang ada di buku ini dapat diterapkan. Mungkin kita harus melihat dulu kondisi kebutuhan dan gaya hidup saat ini agar bisa menabung dan berinvestasi. Bagi teman-teman yang masih muda bisa dimulai dengan menyisihkan 10% gaji untuk ditabung. Kalau memiliki tabungan di Commonwealth Bank, DBS atau Mandiri bisa menyisihkan sebagian tabungan untuk diinvestasikan di reksadana. Kalau sudah menikah mulai bisa memikirkan asuransi jiwa dan investasi saham untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak. Intinya: kita bisa mulai merencanakan masa depan dengan mengatur keuangan saat ini.
Komentar