Bagi saya, ada
beberapa pilihan investasi bagi pensiun saya kelak. Ada saham (terutama yang
membayarkan dividen tinggi alias high
paying dividend stocks), reksadana, dan obligasi. Karena saya masih belum
begitu mengerti seluk beluk pengelolaan properti, rumah saya keluarkan dari
daftar saya.
Dimanakah di antara
ketiga surat berharga itu yang akan dipilih? Tergantung kapan akan pensiun. Kalau
pensiun masih lebih dari 10 tahun lagi, pilih high paying dividend stocks seperti Bank BRI, Semen Gresik, dan
Unilever (dari kelompok perusahaan mapan) atau Bank Jabar dan Champion Pacific
dari kelompok perusahaan berkembang (dikenal dengan second liner). Kalau cari amannya, 3 saham pertama lebih layak
dipilih daripada yang terakhir. Mereka merupakan pemimpin pasar yang rajin
memperluas usaha (ekspansi), perusahaan yang sehat dan rutin membayar dividen
tiap tahun. 2 saham yang terakhir belum setiap tahun membagikan dividen, tapi
mereka adalah perusahaan yang berkembang dan harga sahamnya cuma seperlima 3
saham pertama.
Kalau jangka waktunya
5 tahun atau kurang, lebih baik obligasi negara (ORI dan SUKRI, keduanya bisa
dibeli mulai 5jutaan) atau reksadana campuran yang berisi obligasi
negara,obligasi BUMN,atau obligasi perusahaan-perusahaan besar dan saham-saham
LQ45.
Antara 5-10tahun,
reksadana saham yang isinya saham-saham sektor properti (LPCK,SSIA,GAMA),
perbankan (BMRI,BBRI,BTPN),konsumsi (UNVR,INDF,MYOR) atau transportasi/infrastruktur
(ASII,PGAS, JSMR). Kalau kurang dari 3
tahun, pilihannya hanya ORI dan Reksadana Pasar Uang (kalau ingin yang aman).
Kenapa saya
menyarankan saham-saham perusahaan dengan dividen tinggi? Pertama isi perusahaannya
sudah bagus, menerapkan good corporate
governance, manajemennya transparan dan tertata, dan pemimpin pasar di
bidangnya. Semen gresik adalah produsen semen terbesar di Asia Tenggara,
Unilever produsen barang kebutuhan rumah tangga terbesar di Indonesia).
Kalau “jeroannya bagus”
,harga sahamnya terus naik mengikuti harapan pemain pasar dan nilai wajarnya. Apalagi
kalau perusahaan tersebut tiap tahun konsisten membagi dividen minimal 50% dari
keuntungannya. Saham-saham perusahaan yang bagus ini juga lebih cepat dan lebih
mudah dijual daripada reksadana. Cukup klik di smartphone atau telfon broker,
dan dana bisa ditarik 3 hari kemudian.
Ana rego ana rupo. Pepatah
jawa ini juga berlaku di dunia investasi. Harga saham-saham perusahaan bagus biasanya
2-10 kali lipat dari perusahaan sejenis yang bergerak di bidang yang sama. Harga
Semen Gresik dan Indocement jauh lebih mahal daripada Holcim. Harga Unilever 5
kali lipat Indofood.
Reksadana bisa dipilih
sebagai tabungan awal untuk dana pensiun. Keuntungannya adalah murah, minimal
pembeliannya 100ribu. Mudah (kalau pakai reksadana online), tinggal klik pilih
nama reksadana dan masukkan nominal pembelian (misal 250ribu). Kelemahannya,
imbal hasil reksadana tidak sebesar saham. Bahkan reksadana saham terbaik kalau
dirata-rata selama 5 tahun imbal hasilnya hanya sekita 20-45% per tahun.
Obligasi ritel
berbentuk ORI dan SUKRI ialah pilihan investasi paling aman karena dijamin
pemerintah. ORI dan SUKRI bisa dibeli mulai 5juta (di sekuritas) atau 500 juta
(di bank). Imbal hasilnya pun pasti, sekitar 6.25%-12% per tahun yang
dibayarkan langsung ke tabungan atau rekening efek tiap 3 bulan.
Unitlink jelas tidak
saya sarankan untuk dana pensiun. Selain fee
untuk marketing terlalu besar, pertumbuhan dana pensiun jauh lebih kecil
daripada reksadana atau obligasi.
Komentar