Di suatu benua di dunia antah berantah,
tersebutlah benua Westeros. Benua ini hampir selalu dilanda perang antar suku
atau antar keluar untuk mendapatkan sumber daya (makanan, air) atau meraih
kekuasaan.
Ada 4 keluarga utama yang sering
disebut di Westeros. Mereka adalah Baratheon (disimbolkan dengan Rusa),
Lannister (Singa), Stark (Serigala), dan Targaryen (Naga). Keluarga minornya
antara lain : Greyjoy, Tully, Arryn, Tyrell dan Frey.
Cerita dibuka dengan Robert Baratheon,
raja Westeros saat itu, yang mengunjungi kawan lamanya, Lord Eddard “Ned” Stark
untuk memintanya menjadi tangan kanan raja (Hand of The King) guna melawan
intrik dalam kerajaan terkait kematian Jon Arryn, anggota Dewan Penasihat Raja.
Kepergian Ned Stark ke ibukota Westeros, acap disebut King’s Landing, menjadi
tonggak awal bergulirnya cerita Game of Thrones.
GoT diangkat dari novel fiksi karangan
George R.R Martin yang berjudul A Song of Ice and Fire. Selain Game of Thrones,
novel fiksi ini juga diadaptasi menjadi game laris Minecraft di OS Android dan
iOS. Karena merupakan adaptasi, jangan kaget kalau cerita dalam novelnya
berbeda dengan versi televisinya. Walaupun sama-sama seru, tapi A Song of Ice
and Fire agak membosankan. Alurnya lambat dan ruwet. Berbeda dengan menonton
Game of Thrones atau bermain Minecraft dimana kita disajikan kejutan terus
menerus.
Sampai tulisan ini dibuat, Game of
Thrones sudah menyelesaikan Season 3 dan sudah menewaskan beberapa karakter
yang masih hidup di versi novelnya. Mereka yang di”bunuh” mencakup Ned dan Robb
Stark, Viserys Targaryen dan Robert Baratheon. Season 1 Game of Thrones
mendapat serangkaian pujian dan penghargaan. Season 2 nya meraup kritik dari
kritikus yang sadar popularitas. Semua episode Game of Thrones laris manis
dibajak.
Latar waktu, tempat dan kostum dalam
Game of Thrones diadaptasi dari Eropa abad Pertengahan. Saat pertama
menontonnya, saya tercengang mendapati kemiripannya dengan sejarah Eropa
Pertengahan. Jerman diwakili keluarga Stark dan Tully, Bavaria oleh Lannister,
Prancis oleh Baratheon, Inggris oleh Greyjoy, Italia oleh Tyrell, dan
Skandinavia oleh Targaryen.
Porsi nudity dan seks dalam Game of Thrones cukup besar. Di season 1 dan
2, tiap 2 episode hampir selalu ada adegan seks dan nudis. Kalau tidak suka,
saya anjurkan lihat versi DVD di laptop karena kita bisa skip atau meminimalkan
gambar tanpa kehilangan dialog.
Porsi kekerasan lebih besar lagi,
sesuai dengan tag nya yang berbunyi :
You Win or You Die. Kita hampir setiap menit disuguhi perdebatan, umpatan atau
pertempuran. Dalam satu season,
minimal ada 2 tokoh yang dipenggal.
Di luar perang dan seks, Game of
Thrones mengajarkan pemirsanya agar memahami politik dan bagaimana memainkan
politik dengan cantik dan aman melalui tindakan dan perkataan. Kita bisa lihat
bagaimana Daenerys Targaryen, Robb Stark dan adik-adiknya Jon Snow dan Arya
Stark, serta Tyrion Lannister berjuang mempertahankan idealisme dan nilai yang
mereka anut sambil berkelit dari maut dan ancaman. Daenerys agak beruntung
karena dia punya naga dan pengikut setia, tapi Stark sekeluarga kurang
beruntung karena kawanan serigala tidak sekuat naga dan anggota keluarga mereka
tidak bisa bersatu.
Kita belajar bagaimana memanfaatkan
“pion” untuk mencapai tujuan pribadi atau keluarga dari Tywin Lannister. Salah
bertindak atau mengambil keputusan, bisa berujung maut seperti yang dialami Ned
dan Robb Stark.
Sebetulnya saya tidak terlalu suka
menonton Game of Thrones, tapi dialog-dialog yang diucapkan serta jalan cerita
yang sulit ditebak membuat saya ketagihan menonton sampai season 3. Game of
Thrones bukan jenis serial TV yang saya lihat berulang kali seperti CSI, The
Newsroom atau White Collar. Namun Game of Thrones mengajarkan politik dengan
cara yang kejam sekaligus elegan bagi saya.
Dracarys!! ^o^
Komentar