Saat mendengar iklan radio, menonton
TV, membaca koran atau mengobrol dengan teman, acap ditemukan tawaran investasi
emas. Janjinya, emas bisa mendatangkan keuntungan puluhan kali lipat dalam
sekian tahun. Contoh iklan: seorang nenek atau ibu yang membeli emas sekian
gram di jaman Orde Baru dan menjualnya baru-baru ini mendapat harga 4-5 kali
lipat dibanding saat membelinya. Wow
Sekarang lihat definisi investasi.
Investasi adalah menanamkan modal untuk mencari kenaikan nilai dan aliran dana
(cashflow) dalam jangka waktu
tertentu. Kalau saham yang tidak ada jatuh temponya (sama seperti emas), dengan
modal investasi 8juta (SMGR), tiap tahun dapat dividen tunai 110-150ribu(tahun
depan bisa lebih lagi) dan kenaikan nilai investasi ±30% per tahun. Ini
investasi betulan yang berisiko. Investasi yang risikonya sangat rendah,
seperti obligasi ORI, dengan modal 5 juta tiap tahun dapat aliran dana berupa
kupon senilai 250ribu (asumsi kupon 5%). Kalau disimpan sampai jatuh tempo
selama 3 tahun, investor dapat uang tunai 750ribu tapi nilai investasinya
tetap.
Bandingkan dengan emas. Emas cuma
punya harga beli dan harga jual. Tanpa aliran dana tunai seperti dividen atau
kupon. Kalau beli emas Antam seharga 485ribu per gram, harganya langsung turun
15ribu saat dibeli menjadi 470ribu. Kenapa? Karena 15ribu itu biaya pembuatan
sertifikat. Jadi nilai sebenarnya memang cuma 470ribu. Kalau mau menjualnya,
pembeli harus menunggu sampai harganya naik menjadi 500ribu per gram. Kalau
beli emas perhiasan, nilainya turun lebih banyak karena ada biaya pembuatan
perhiasan.
Biaya lain yang dikeluarkan setelah
emas sampai di tangan kita adalah biaya sewa safe deposit box. Kalau punya emas tidak sampai 100gram mungkin
bisa menyimpannya di brankas atau lemari pribadi. Tapi kalau punya ratusan gram
sebaiknya menyewa safe deposit box demi
keamanan si emas. Emas tidak punya arus kas, jadi jangan harap kita bisa
mendapat uang tunai untuk menutupi biaya sewa safe deposit box.
Timing saat membeli emas sangat mempengaruhi
investasi emas. Beli di 2011 dan menjualnya di 2013 jelas rugi karena harga per
gramnya 550rb di 2011 dan turun jadi 490ribu di 2013. Saat nenek atau ibu
membeli emas entah 10 atau 20 tahun yang lalu harganya cuma 100ribu per gram.
Mereka untung bila menjual di 2013 karena harganya sudah naik hampir 5x lipat.
Investasi emas mirip investasi
perhiasan (berlian,platinum) dan benda seni (lukisan, kerajinan tangan).
Harganya dikendalikan oleh permintaan dan penawaran yang berkaitan dengan
ketakutan akan hilangnya nilai investasi. Makanya emas disebut investasi
lindung nilai, karena hanya menahan nilai pokok investasi.
Warren Buffett dan sejumlah hedge fund manager besar tidak suka
berinvestasi di emas karena sifatnya yang tidak memberikan uang tunai dan biaya
penyimpanannya yang besar (besar pasak daripada tiang). Di tahun 2013 ini saja
JP Morgan (bank terbesar di USA) sudah melepas puluhan ton cadangan emasnya
untuk mengurangi biaya operasional. Manajer-manajer Investasi raksasa yang
mengelola dana milyaran dolar itu justru akan menyusutkan nilai investasi
mereka kalau nekat berinvestasi di emas. Bila tujuannya sama-sama untuk
melindungi nilai pokok investasi, mereka lebih memilih obligasi zero coupon bond Jerman yang super aman.
Emas identik dengan investasi dalam
jumlah sedikit dan bagi pemula. Hampir semua perencana keuangan
merekomendasikan emas bagi mereka yang sulit menabung atau berinvestasi, untuk
kemudian ditukar dengan uang tunai saat nilainya cukup untuk DP rumah atau
tanah. Bagi investor pemula, membeli emas maksimal 10 gram tidak membutuhkan
ruang penyimpanan khusus. Emas juga cepat dijual kalau butuh dana darurat.
Keberadaan fisik dan likuiditas membuatnya sesuai bagi mereka.
Investor moderat dan progresif tidak
melihat emas sebagai investasi. Bila timing
belinya pas, dalam waktu 5 tahun emas hanya naik 20-60% (dan bisa turun sebesar
60% pula) tanpa arus kas. Bandingkan dengan ORI atau SUKRI yang dapat arus kas
pasti 25% dari nilai pokok, dan pada akhir tahun ke5 pokok investasinya
dikembalikan utuh (asumsi kupon setelah pajak 5%). Sama-sama lindung nilai,
tapi ORI/SUKRI tidak butuh biaya persewaan kotak besi dan biaya pembuatan, cuma
materai 2 biji.
Untuk mengejar keuntungan maksimal
emas yang 60% selama 5 tahun bisa dilakukan dengan reksadana index atau
reksadana saham. Pilih saja reksadana saham/index yang berumur lebih dari 5
tahun dan sudah teruji memberikan imbal hasil lebih dari 60% selama 5 tahun.
Rata-rata reksadana saham paling konservatif sekalipun mampu memberikan imbal
hasil 60% dalam 3 tahun.
Bahkan saham BUMN paling banyak hutang
seperti Jasa Marga (JSMR) sekalipun mampu memberikan kenaikan nilai 6x lipat
dalam 5 tahun plus tambahan dana tunai 50-200ribu per tahun per lot bila kita
membeli sahamnya secara acak, tanpa timing.
Masih mau berinvestasi di emas?
Komentar