image courtesy of Amazon.ca |
Seperti halnya kisah Microsoft yang
bercerita banyak tentang Bill Gates & Paul Allen, Google Story mendedikasikan
5 bab untuk berkisah tentang Larry Page dan Sergey Brin, duo pendiri Google
yang acap dipanggil Google Guys. 21 bab lainnya berkisah tentang Google sebagai
perusahaan dan mesin pencari.
Google Story lebih memusatkan
perhatian pada biografi mesin pencari bernama Google, dan bukan biografi Google
Guys. Judul versi terjemahannya, Kisah Sukses Google, agak menjebak karena
membuat saya berpikir isinya akan sangat membosankan. Tapi setelah membaca
beberapa bagian, ternyata buku ini sangat menarik. Cara penuturannya mengambil
sudut pandang jurnalis dan pengamat, sudut pandang yang sama dengan yang
dipakai Simon Kuper dalam Soccernomics.
Vise & Manseed menerbitkan Google
Story pada 2005. Saat itu Google belum mengakuisisi (alias mencaplok) Waze,
Android dan Motorola. Dibanding saat ini, mereka dulu hanya menawarkan
fasilitas mesin pencari dan email. Di 2005 mereka baru mengembangkan Blogger
(hasil mengakuisisi PyraLabs dan Genius Labs), Picasa dan Google Maps. Setelah
buku ini diluncurkan, barulah Google mencaplok Android (senilai $50juta di
2005) dan Youtube di 2006 (senilai $1.65milyar). Google di 2005 belum sesukses
Google 2013 yang punya laboratorium di kompleks NASA.
Pada 1995 Larry Page dan Sergey Brin
bertemu dalam orientasi mahasiswa baru Program Pascasarjana Stanford
University. Saat dua jenius matematika dengan kepribadian bagai langit dan bumi
bertemu, terjadilah perdebatan seru yang mengantar pada ikatan persahabatan dan
mitra setara. Sergey yang terbuka dan mudah bergaul bisa melengkapi Larry yang pendiam
dan agak tertutup.
Google berawal dari proyek Larry
bernama PageRank yang menjadi inti dari mesin pencari terbesar di bumi hingga
saat ini. Seperti resep rahasia ayam KFC dan campuran CocaCola, PageRank
dilindungi dengan berbagai macam paten dan kontrak. Page dari PageRank diambil
dari nama keluarga Larry. Google dibuat Larry dengan tujuan membantu setiap
orang menemukan hal yang mereka butuhkan. 1997, Google yang bernama awal
BackRub sudah dipakai oleh hampir semua civitas akademika Stanford dan dipatenkan
dengan bantuan Office of Technology Licensing Stanford University. Tampilan
awal putih polos sengaja dipilih Sergey agar orang merasa Google sebagai bagian
dirinya.
1998, Google Guys yang menemukan bahwa
Google semakin banyak dipakai memutuskan meminta bantuan dana kepada investor
Andy Bechtolsheim untuk membeli hardware
mentah yang bisa dirakit manual menjadi pusat database. Dana $1juta dari
Bechtolsheim cuma bertahan setahun. Juni 1999, mereka menerima kucuran dana
dari angel investor (pemodal pemula,
hanya memberi modal dana kepada UKM dan start-ups
yang sangat menjanjikan dengan imbalan kepemilikan saham dan janji untuk melantai
di bursa efek) Kleiner Perkins dan Sequoia Capital senilai $25juta plus janji
untuk mempekerjakan seorang CEO bagi Google dan menghasilkan keuntungan. Eric
Schmidt dipilih menjadi CEO pada Juli 2011 oleh Larry dan Sergey.
Vise & Malseed menggambarkan
betapa iritnya Larry &Sergey ketika membeli perangkat keras dan software akunting, tapi sangat royal
dalam mengakuisisi start-up dan
memanjakan karyawan. Sergey digambarkan sebagai ahli negosiasi, sedangkan Larry
eksekutor handal. Kalau Sergey berfokus pada pemasaran dan pengembangan produk
baru, Larry fokus pada tujuan awal Google melayani pencarian. Mungkin itu
sebabnya Larry jadi CEO sedang Sergey Presiden Google X (Laboratorium produk
aneh-aneh seperti Google Glass, MOTOACTIV, BatMobile pink dan sepatu bicara).
Filosofi Kooptasi Google ditonjolkan
melalui strategi mereka yang memilih untuk bekerjasama dengan rival ketimbang saling
bunuh ala Microsoft vs Apple. Mereka memilih berbagi penghasilan dengan AOL dan
Ask Jeeves untuk melayani pencarian informasi. Hal ini terdengar asing di
telinga pialang, manajer investasi dan reporter Wall Street, tapi bisa dipahami
kalau tujuannya adalah tumbuh bersama-sama. Google tumbuh bersamaan dengan
tumbuhnya jumlah pengguna internet. Daripada bersaing dan saling membunuh,
kenapa tidak bersaing dan bekerjasama? Larry dan Sergey tidak rugi kalau harus
membayar kompetitor seperti Apple atau membuat Android betul-betul gratis bagi
Samsung, HTC, Sony, dan lain-lain. Semakin banyak pemakai internet, semakin
banyak pengakses Google, semakin besar keuntungan mereka.
Pendapatan di Google sebagian besar
dihasilkan dari iklan baris yang muncul saat kita mencari sesuatu lewat Google.
Satu klik pada iklan baris hanya menghasilkan keuntungan $50 sen atau 500
rupiah. Betul. Anda tidak salah baca. Tapi ada sekian ratus juta pemakai
internet, dan hanya dibutuhkan 1 diantara 15 orang untuk mengklik iklan untuk memberi
keuntungan bagi Google.
Strategi Larry & Sergey berbagi
keuntungan dengan pihak lain sampai saat ini sangat berhasil meningkatkan
keuntungan Google. Sejak 2011 sampai sekarang, realitas keuntungan per lembar
saham Google (earning per share, EPS)
selalu di atas perkiraan Wall Street. Saham Google bisa dikategorikan saham
yang terus naik pelan-pelan. Analis-analis Wall Street selalu menyertakan
kekhawatiran akan nilai akuisisi yang dibayar Google terlalu besar (dulu
Youtube, sekarang Motorola). Padahal akuisisi itu memang dimaksudkan untuk
meningkatkan keuntungan di masa depan, bukan sekarang.
Cerita tentang Bill Gates dan Marissa
Mayer cukup seru. Baik di Google Story maupun di biografi Steve Jobs, Gates
& Microsoft digambarkan sebagai raksasa lamban yang egois, perusahaan purba
yang menolak berubah dan menuju keruntuhan. Marissa Mayer diceritakan sebagai software engineer ambisius yang gemar
berinovasi dan menyempurnakan produk (sekarang Mrs. Mayer sedang sibuk membunuh
start-ups di Yahoo T.T ).
Kisah tentang saham Google selalu ada
di hampir semua buku Manajemen Keuangan yang saya baca, tepatnya di bagian
mengukur nilai wajar suatu saham. GOOG (kode Google di Wall Street) adalah
contoh nyata sebuah saham suatu perusahaan yang dijual teramat sangat murah
saat IPO (dijual di $85 per lembar, dengan harga wajar $110-150 per lembar) dan
langsung naik ke harga wajarnya di $110 saat melantai akibat besarnya
permintaan. Kisah GOOG ini selalu dipakai di setiap IPO perusahaan teknologi,
termasuk Facebook, Baidu, Zynga, Groupon, dan lain-lain. Entah berapa banyak
investor yang terjebak membeli saham keempat perusahaan tersebut dengan ilusi
akan mendapat untung berlipat tiap tahun seperti GOOG.
Google Story hanya setebal 361
halaman, bisa langsung tamat dibaca dalam 1 minggu. Pembaca dapat menangkap
inspirasi dan energi dari Google Guys dan orang-orang di sekitar mereka lewat
buku ini.
Cerita tentang Google adalah cerita
tentang perusahaan yang sukses karena kemunculannya di saat yang tepat dan
inovasi yang agresif. Kemampuan mengeksekusi inovasilah yang membuat suatu
perusahaan bisa terus bermanfaat dan menguntungkan.
Komentar