perpus Arsip provinsi Yogyakarta |
Pernahkan kalian ke Perpustakaan? Tahukah
kalian ada berapa perpustakaan di Kota kalian? Tahukah kalian bahwa kantor
Kelurahan pun (kadang) punya perpus kecil dan sederhana? Tahukah kalian letak
perpustakaan terdekat?
Belum tahu? Tak mengapa. Tidak semua
orang tahu dan suka ke perpustakaan. Di tengah-tengah kesibukan bekerja atau
mengurus rumah, mengunjungi perpustakaan adalah kegiatan yang sama sekali tidak
terpikirkan.
Padahal banyak sekali keuntungan
perpustakaan lho. Yang paling kentara adalah kita tidak perlu membeli buku,
cukup meminjam. Perpustakaan kota kecil seperti Solo atau Magelang sekalipun
punya ribuan koleksi buku dan majalah yang bisa dipinjam. Kita tidak perlu
mengeluarkan uang untuk membeli, cukup berlangganan keanggotaan (member)
sebesar 2-50ribu per tahun. Bandingkan dengan harga buku best seller termurah
seharga 35ribu, belum termasuk sampul dan solar untuk mengusir rayap.
Kedua, kita tidak perlu berlangganan
majalah. Ada 3 majalah yang seolah selalu ada di perpustakaan daerah
kota/kabupaten, yaitu : Majalah Tempo, National Geographic, dan Intisari. Kalau
kita pencinta berat sains atau politik, 3 majalah itu adalah bacaan wajib
bulanan. Padahal kalau ditotal biaya pembeliannya sudah 100ribu. Dengan
meminjam di perpustakaan, kita cuma perlu keluar biaya transportasi ke
perpustakaan.
Keuntungan lainnya : kita tidak perlu
merawat buku, koleksi bukunya lebih lengkap dan bervariasi dari perpustakaan
pribadi (buku Balai Pustaka terbitan ‘70an masih ada dan terawat), bisa ngadem
lama tanpa rasa bersalah atau ditanyain keluarga, bisa streaming musik dan film, dan bisa mengintip koleksi arsip kuno
(walau kadang harus membayar), bahkan bisa tidur siang sebentar kalau
perpustakaan tersebut menyediakan masjid atau mushola yang agak luas dan bersih
(misal : perpustakaan Taman Pintar).
Sejak perpustakaan-perpustakaan di
Jawa Tengah dan DIY menyediakan perpustakaan keliling dan merenovasi gedung
arsipnya, saya menambah frekuensi kunjungan dan mengurangi frekuensi membeli
buku dan majalah. Buat apa? Toh perpustakaan terdekat sudah menyediakannya. Di
Solo, perpustakaan keliling rutin berhenti dekat kantor, jadi saya bisa
memperbarui bacaan saya tiap minggu.
Perpustakaan di kota-kota besar
seperti Jakarta atau Semarang menyediakan variasi yang beragam. Ada
Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Departemen atau Perpustakaan Sejarah. Tapi
pengunjungnya jarang dan tidak enak buat belajar lama-lama karena cahayanya
kurang. Perpustakaan Temanggung yang sama-sama luas dan koleksi bukunya cuma belasan ribu saja jauh lebih banyak pengunjungnya daripada Perpustakaan Departemen
Pendidikan.
Bagaimana dengan anda? Bagaimana
kondisi perpustakaan terdekat?
Komentar