Langsung ke konten utama

Kenapa Kredit (pinjaman) Bank Tinggi (bunganya)?

Pernahkah teman-teman berhutang kepada bank? Kena bunga berapa? Cuma 3.5% atau sampai 15%? Kalau dibandingkan dengan bunga tabungan atau deposito, bunga kredit memang nilainya selalu lebih besar. Ada beberapa alasan kenapa bunga kredit selalu lebih tinggi daripada bunga tabungan. Tapi yang paling utama adalah karena bank menanggung risiko.
Bisnis perbankan dikelilingi dengan berbagai risiko yang berhubungan dengan kehilangan uang dan kehilangan nilai uang. Risiko yang pertama adalah risiko inflasi. Inflasi adalah berkurangnya nilai uang di masa depan. Kalau dulu seratus cukup untuk beli wafer, sekarang minimal lima ratus baru bisa dapat wafer. Kalau bank menyimpan dan meminjamkan uang, ia harus menanggung berkurangnya nilai uang yang disimpan dan dipinjamkan di masa depan. Semakin tinggi inflasi, semakin besar penyusutan nilai uang, dan semakin tinggi juga bunga kredit yang dipatok bank (istilah kerennya: premium inflasi). Menteri Keuangan bisa saja menentukan target inflasi (yang biasanya dipatok terlalu rendah), tapi inflasi tidak bisa dikendalikan dan hanya bisa diukur, biasanya oleh BPS atau lembaga-lembaga riset.
Risiko yang paling terlihat saat meminjamkan uang adalah : hilangnya uang yang dipinjamkan. Sering kita dengar atau baca, bahwa penggelapan dana kredit bank terus saja berlangsung dengan cara semakin kreatif. Pelakunya bisa investor (kakap atau teri sama saja), pegawai bank atau spesialis pembobol bank. Seolah-olah perusahaannya bagus, bidang yang ditekuni halal, tapi langsung menghilang setelah menarik semua plafon kreditnya. Di Indonesia, premium risiko kehilangan ini nilainya cukup besar, antara 3-10%.
Risiko lainnya adalah biaya kesempatan alias opportunity cost. Dibanding menyalurkan kredit ke masyarakat, bank bisa memilih untuk menempatkan dana tabungan yang dikumpulkannya ke investasi bebas risiko (kecuali risiko inflasi) seperti SBI atau SUN. Bunga dari SBI atau SUN ini ±3%. Kelemahannya, bank tidak akan punya cukup dana untuk ekspansi atau mengambil potensi keuntungan bila menempatkan dananya di SUN. Kecuali kalau bank tersebut punya lini usaha lain yang menguntungkan.
Misal inflasi 7%, risiko kehilangan dana 5%, dan bunga investasi bebas risiko 3%, maka bunga kredit adalah = 7%+5%+3% = 15% (nilai ini bisa lebih rendah kalau anda nasabah yang selalu melunasi pinjaman tepat waktu dan punya catatan kredit bagus). Persentase 15% per tahun adalah bunga kredit yang dikenakan bank kepada anda setiap satu tahun karena bank harus menanggung ketiga risiko di atas. Kenapa bank memilih untuk menyalurkan kredit ke anda? Karena kalau cuma ditaruh di SBI yang kuponnya 3% setahun, nilai uang bank akan menyusut sebesar 7% - 3% = 4% sebab dimakan inflasi.


Untuk menghitung nilai uang sekarang dan masa depan, rumus yang saya gunakan adalah FV = PV(1+r). Huruf t disini adalah angka pangkat. Rumus-rumus di bawah merupakan hasil modifikasi dari rumus dasar ini.
Contoh ilustrasi : bank meminjamkan uang kepada anda sebesar 10juta selama 2 tahun, inflasi 7%, SBI 3% dan premi risiko 5%, bila uang 10 juta tersebut hanya disimpan di brankas, maka nilainya 2 tahun kemudian tinggal
FV = PV / (1+r)² = 10 000 000 / (1+0.07)² = 8 734 387.28
Ada selisih kerugian ±1.23juta (10 juta dikurangi 8.73 juta) yang ditanggung bank kalau dana tersebut disimpan saja. 
Kalau dimasukkan ke SBI, nilai penyusutannya tinggal 4%, jadi penyusutan uang milik bank
FV = 10 000 000 / (1+0.04)² = 9 245 562.13
(bank menanggung rugi 700ribuan(10 juta dikurangi 9.24juta).
Supaya bank bisa menerima pokok pinjaman (10juta) dan keuntungan ia harus mengenakan bunga kredit minimal 10% (inflasi 7% dan SBI 3%). Tapi dengan cara ini bank tidak akan untung alias impas. Maka mereka menambahkan premi risiko 5%,sehingga bunga kredit menjadi 15%. Dengan bunga kredit 15%, 2 tahun kemudian bank akan menerima
FV = 10 000 000 x (1+0.15)2= 13 225 000 , yang nilainya saat ini setara dengan
PV = FV / (1+r)² = 13 225 000 / (1+0.07)² = 11 551 227.18
 Ada selisih nilai 1.5juta yang bisa dihitung sebagai keuntungan pihak bank.
Tidak ikhlas? Silakan meminjam uang ke BPR atau rentenir


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.