Taruh kata Anda punya dana 10juta
rupiah,atau bisa menyisihkan dana 10 juta per tahun, sudah punya deposito (atau
reksadana pasar uang) dan tabungan 6x gaji. Anda bingung dana tersebut mau
dimasukkan ke mana. Tertarik masuk ke saham tapi takut nilainya berkurang tahun
depan. Pilihannya: saham emiten penguasa pasar dari industri old school.
Penguasa pasar disini adalah
perusahaan yang produk-produknya menguasai perdagangan, jumlah barang terjual,
atau persepsi masyarakat. Misalnya Pepsodent untuk odol, Indomie (sampai 60%)
untuk mi instan, Semen Gresik untuk semen atau Olympic untuk meubel.
Industri old school atau kuno adalah industri yang tidak membutuhkan inovasi
besar atau drastis untuk bertahan hidup dan bisa meraih laba walau margin
keuntungannya tipis. Selain odol,mi instan, obat-obatan, asuransi, semen atau
meubel, ada industri genteng, batu bata, tegel/keramik, pasir, sepatu, baju,
teh (atau cola dan bir di dunia
barat), kopi, dan makanan pokok (beras, jagung, ubi, singkong, di Indonesia
masih dimonopoli Bulog).
Kombinasi antara industri kuno dengan
penguasa pasar ditandai dengan perusahaan yang punya produk bagus yang teruji
oleh waktu, manajemen perusahaan yang efektif, dan kebutuhan masyarakat yang
terus menerus akan produk-produknya. Warren Buffett menyebut mereka perusahaan
“franchise”. Untuk berinvestasi dalam perusahaan franchise bisa dilihat langkah-langkah berikut.
Pertama: pilih industri kuno yang
emitennya tercatat di bursa. Indonesia masih menganut sumberdaya alam dikuasai
negara, jadi perusahaan yang tercatat di bursa masih sedikit. Industri kuno
yang ada di bursa antara lain : Unilever, Indofoof CBP, Semen Indonesia,
Asosiasi Keramik Indonesia, Kedaung, sepatu Bata dan Tiga Pilar Food.
Kedua : cari perusahaan atau emiten
yang penjualan dan peningkatan keuntungannya tidak tergantung pada inovasi yang
masif. Contoh perusahaan dengan inovasi masif adalah Sony,Google, Samsung.
Perusahaan teknologi selalu bergantung pada riset yang terus menerus dan
menjanjikan perubahan, atau mereka akan tergilas pasar. Yang bisa bertahan dan
harga sahamnya naik bisa dihitung dengan jari tangan.
Perusahaan farmasi atau makanan ringan biasanya tidak memerlukan biaya riset dan inovasi ekstrem untuk mengembangkan inovasi. Misalnya Richter (coklat isi), Roche (obat-obatan) dan Procter&Gamble (FCMG, sejenis Unilever) yang berani mengalihdayakan riset-risetnya dengan biaya rendah. Mereka tinggal berfokus pada pemasaran dan produksi.
Perusahaan farmasi atau makanan ringan biasanya tidak memerlukan biaya riset dan inovasi ekstrem untuk mengembangkan inovasi. Misalnya Richter (coklat isi), Roche (obat-obatan) dan Procter&Gamble (FCMG, sejenis Unilever) yang berani mengalihdayakan riset-risetnya dengan biaya rendah. Mereka tinggal berfokus pada pemasaran dan produksi.
Langkah ketiga: Produknya masih akan
dibutuhkan 10-50 tahun ke depan. Industri seperti bahan bangunan, makanan atau
obat-obatan masih akan terus dibutuhkan manusia. Memang benar cemilan dan jenis
obat terus berkembang. Tapi mereka punya lini produk yang selalu ada sepanjang
masa, seperti Indomie, Pantene, Pepsodent, atau keramik.
Empat: mereka punya tim manajemen yang
hebat. Manajemen yang hebat adalah tim yang bisa mengatasi dan memanfaatkan
krisis, peduli pada konsumen dan pemegang saham, berusaha melakukan hal yang
benar (tidak tergoda menyogok atau monopoli), mampu berinovasi, tidak takut
persaingan. Tim yang hebat belum tentu sering muncul di media, tapi mereka bisa
dikenali lewat dedikasinya saat Rapat Umum Pemegang Saham.
Terakhir: perusahaan tersebut mampu
bertahan puluhan tahun sebelumnya. Ketahanan mengalir bersama waktu ini salah
satu pertanda bahwa perusahaan tersebut tidak hanya bisa menjadi pemenang, tapi
mampu bertahan di saat sulit. Seorang pakar manajemen pernah berkata: tanpa
datangnya masa-masa sulit, kita tidak akan tahu apakah sebuah perusahaan sehat
atau keropos.
Contoh emiten yang memenuhi kelima
syarat di atas yang melantai di bursa sepengetahuan saya antara lain: Unilever
(UNVR), Mandom (TCID), Indofood CBP Makmur / Indomie (ICBP), Kalbe Farma (KLBF)
dan Semen Indonesia (SMGR).
Bagaimana menurut anda, perusahaan apa
lagikah yang layak dikoleksi dalam jangka panjang?
Komentar