Sudah
seminggu lebih kita diributkan dengan berita goverment Shutdown di Amerika Serikat sana, sampai-sampai Obama
membatalkan kunjungannya ke APEC dan Asia Tenggara. Tapi apa sebenarnya goverment
shutdown?
Goverment shutdown berarti kegiatan pemerinta Amerika Serikat
berhenti total. Layanan masyarakat, Polisi, Tentara, FBI, CIA, DEA, dll libur
sementara. Kenapa? Karena APBN Amerika Serikat tidak disetujui Parlemen di
sana. Kenapa Parlemen menolak menyetujui? Karena mereka berada di partai lawan
presiden, Republikan, yang menolak penyediaan asuransi untuk kaum tak mampu
(biasa disebut ObamaCare) DAN menolak kenaikan pajak DAN menolak menaikkan
batas hutang pemerintah Amerika Serikat. Jangan kaget, Republikan di Amerika
Serikat memang berpola pikir sama dengan kelompok Islam garis keras (FPI, HTI,
FUI) dan organisasi kemahasiswaan ekstrem kanan (KAMMI) di Indonesia.
Di
Indonesia, kalau APBN tidak disetujui oleh Parlemen (dalam hal ini DPR) maka
pemerintah akan memakai APBN tahun sebelumnya. Amerika Serikat tidak punya
keistimewaan seperti itu. Makanya pemerintah betul-betul mandeg saat APBN tidak disetujui. Di Bumi ini, yang bisa mengalami shutdown hanya pemerintah Amerika
Serikat saja.
Apa
pengaruhnya bagi negara lain? Belanja pemerintah Amerika Serikat jadi berkurang
atau bahkan hilang. Padahal banyak negara atau perusahaan yang bergantung pada
mereka, seperti perusahaan penyedia jasa keamanan dan persenjataan atau negara
yang berbatasan langsung dengan Amerika Serikat. Pemerintah Meksiko masih
bergantung pada Amerika Serikat untuk memberantas mafia narkoba dan perdagangan
manusia. Pendapatan perusahaan senjata Lockheed Martin sangat bergantung pada
pemerintah Amerika Serikat karena merekalah konsumen utamanya.
Pengaruh
kedua yang lebih mengerikan adalah pemerintah Amerika Serikat terancam gagal
membayar hutang pokok obligasinya yang jatuh tempo 17 Oktober 2013 alias default. Departemen Keuangan Federalnya
saja tutup, bagaimana mau mentransfer dana milyaran dolar? Saat tulisan ini
dibuat, sudah ada beberapa bank raksasa yang menjual obligasi “celaka”
tersebut. Di dunia finansial, pemerintahan dengan obligasi berperingkat AAA
sampai gagal bayar itu sampai gagal bayar sungguh memalukan dan menurunkan
kepercayaan publik. Bisa-bisa obligasi Amerika Serikat tidak ada yang mau
membeli lagi.
Surat
utang Amerika Serikat paling banyak dipegang oleh China dan Jepang. Kalau
pemerintahan tetap tutup sampai 17 Oktober, bisa-bisa duit senilai hampir US$ 3
Triliun milik kedua negara tersebut lenyap. Jika China dan Jepang kehilangan
uang sebesar itu, bisa diperkirakan mereka akan mengurangi investasi ke negara
lain, termasuk Indonesia. Hal inilah yang paling ditakutkan pelaku pasar dan
pemerintahan Indonesia.
Pengaruh
goverment shutdown bagi bursa saham
sebetulnya sangat kecil. Hanya emiten-emiten yang belanjanya tergantung pada
pemerintah Amerika Serikat yang merana. Fluktuasi Dow dan Nasdaq nyaris tidak
dipengaruhi goverment shutdown .
Komentar