Aduh, kayaknya berat sekali ya judul tulisan kali ini. Iya, mendadak kepengen menulis realitas kehidupan di sekitar kita. Dan kenapa orang lebih suka membaca kolom berita olahraga dan gosip. Karena kedua kolom berita ini adalah pengalih perhatian sempurna dari segala masalah kehidupan. Olahraga adalah kegiatan kompetisi, kalah menang adalah hal biasa. Jadi apapun berita olahraga yang tersaji semua orang bisa mencerna dan menghargai prosesnya, tidak hanya hasil akhirnya. Gosip berkaitan dengan kesukaan manusia mempergunjingkan berita artis yang kadang jelas kadang tidak jelas.
Menerima apapun hasilnya dan lebih menghargai proses tentu saja tidak ada di kamus dunia perpolitikan Indonesia. Jujur saya sudah jenuh dengan berita politik di Indonesia. Untuk anggota DPR saja beritanya mencakup : sebagian besar anggota DPR yang nekat membangun gedung bertingkat ala apartemen yang diakui sebagai kantor padahal masih banyak sekolah bocor dan rumah sakit rusak, kegiatan pelesir dan hura-hura di luar negeri atas nama studi banding yang baru ketahuan setelah mereka berangkat (Venna Melinda Cs ternyata sama busuknya dengan Tifatul Sembiring dan Gayus Lumbuun, semoga pesawat mereka jatuh di laut dan mereka semua mati), wakil ketua MPR dari Partai Kita Semua yang menolak keragaman umat beragama, dan sejuta berita dari DPR yang cuma membuat kita menyesal ikut pemilu.
Masalah agama di Indonesia adalah masalah yang sangat sensitif, terutama kalau sudah berhubungan dengan kaum Islam Fundamentalis seperti FPI (Front Pembela Islam), FBR (Forum Betawi Rempug), Forkabi, dan kelompok-kelompok sejenisnya. Contohnya Insiden Pemukulan oleh FPI di Monas, dan FPI ingin merusak Tugu Naga di Singkawang. Mereka sering sekali mengatasnamakan agama Islam untuk membenarkan aksinya. Tidak usah heran kalo melihat mereka meneriakkan Asmaul Husna sambil membakar rumah, memecahkan kaca, merusak fasilitas umum atau memukuli ibu-ibu dan anak-anak. Semua itu sudah biasa mereka lakukan dan merupakan kegiatan harian mereka. Pemerintah dan polisi?? Tentu saja tidak bertindak apa-apa. Kecurigaan yang beredar di masyarakat adalah kelompok Islam fundamentalis ini kepanjangan tangan dari polisi dan pemerintah, jadi kalau mereka berbuat anarkis dibiarkan saja.
Kemiskinan seolah tidak ada habisnya dibahas. Menurut BPS (entah ini deskripsi tahun berapa), orang dikategorikan miskin kalau pendapatan hariannya kurang dari US$ 1.5 , rumahnya masih berdinding gedeg (anyaman bambu), berlantaikan tanah, tidak memiliki televisi, dan memiliki anak lebih dari dua orang. Tetapi sekarang di perkotaan banyak keluarga yang rumahnya sudah berdinding bata namun memiliki anak lebih dari dua dan memiliki televisi yang hidupnya kekurangan (kenapa tidak menjual televisinya? karena tv berguna mengalihkan realitas harian ke dunia mimpi sinetron). Mereka makan tidak tentu dan anak-anaknya juga tidak bersekolah. Yang lebih parah kadang pekerjaan mereka adalah mengemis.
Di Indonesia kita yang tercinta ini, penghasilan dari mengemis lebih menggiurkan daripada bekerja sebagai petani. Saya jadi teringat pengemis di kampus UGM saya tercinta. Pagi-pagi mereka sudah siap di pintu gerbang masuk dengan kostum pengemis (baju lusuh,muka) mengadahkan tangan atau gelas plastik kepada mahasiswa yang lewat. Menjelang siang ketika masuk waktu makan siang mereka ikut makan di kantin kampus yang paling bagus dan menu makanannya lebih mewah daripada mahasiswa yang paling kaya!! Jadi sebetulnya yang miskin itu mentalnya atau raganya???
Yah, sekian curhat saya untuk hari ini. Tadi malam Cesc Fabregas sudah cukur jadi terlihat amat sangat ganteng sekali tapi arsenal cuma bisa main seri melawan sunderland dengan skor 1-1 dan real madrid menang 2-0 tapi saya ketiduran jadi tidak melihat gonzalo higuain :'(
Komentar