image courtesy of ekonomi.kompasiana.com |
Untuk kesekian
kalinya, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan 25basis poin ke 7.5%.
Gubernur BI, Agus Martowardoyo mengatakan bahwa tujuan utama dinaikkannya BI
Rate adalah untuk mengatasi defisit neraca berjalan (Current Account).
Buat yang belum dapat
moneter di sekolah, kenaikan BI rate akan menaikkan bunga obligasi luar neger
Indonesia (sovereign bond) di mata
internasional. Akibatnya, dana asing akan masuk ke indonesia, pengelola dana
mancanegara (terutama sovereign wealth
fund) akan membeli surat berharga yang diterbitkan BI, pemerintah atau
institusi keuangan lain yang berdenominasi dolar. Dolar masuk, berarti nilai
tukar rupiah terhadap dolar akan anik, cadangan devisa pun ikut naik sehingga
defisit neraca berjalan menyempit. Syukur-syukur bisa surplus atau seimbang
seperti dulu lagi
CAD(-) →BI Rate naik →
Valas Masuk → Rupiah Menguat → CAD
(+)
Seberapa efektifkah kenaikan BI Rate ini? Dalam jangka pendek, langkah
ini sangat efektif. Apalagi bila dipadukan dengan curency swap. Semakin banyak dana asing masuk, semakin kuat rupiah
dan pasar modal, semakin sempit defisit neraca transaksi berjalan.
Untuk jangka panjang, sebaiknya Bank Indonesia mencari cara lain untuk
memperkuat rupiah. BI Rate yang tinggi akan memacu inflasi. Sebaiknya setelah Current Account seimbang, BI kembali
menurunkan suku bunga acuan ke angka 6%an, sehingga bunga kredit pun menyusut
dan perekonomian bisa dipacu lagi.
Komentar