Suatu efek berisiko seperti
saham dan mata uang bisa diperkirakan nilai wajarnya dengan melihat kondisi
perusahaan emiten atau negara asal mata uang. Muncul pertanyaan, bisakah suatu
reksadana (yang merupakan alat investasi kurang berisiko) diperkirakan nilai
wajarnya?
Terpikir 3 cara yang secara
teori bisa dilakukan untuk memperkirakan nilai wajar suatu reksadana. Antara
lain metode DCF (discounted cash flow),
perbandingan antar reksadana yang bobot 10 efek portofolionya sama, dan
membandingkan sejumlah reksadana yang portofolionya berisi 5 efek yang sama.
Menilai harga wajar suatu
reksadana dengan DCF berarti menilai masing-masing efek dalam reksadana tersebut
dengan DCF dan menyesuaikan hasilnya dengan bobot masing-masing efek. Setelah
mencoba cara ini, saya terbentur pada masalah tidak adanya Manajer Investasi
yang merilis informasi tentang bobot semua efek (saham dan obligasi) yang
berada dalam reksadana kelolaannya. Hal ini bisa dimengerti karena macam efek
dan bobotnya dalam reksadana merupakan rahasia dapur setiap manajer investasi.
Cara kedua, membanding
beberapa reksadana yang sama isinya atau minimal 10 efek dalam portofolionya
sama dan bobotnya sama, juga sulit dilakukan dengan alasan yang sama seperti di
atas. Tidak ada manajer investasi yang bersedia berbagi info pembobotan di
reksadana kelolaaannya, walau hanya 10 efek sekalipun. Bahkan reksadana yang
mengacu pada indeks yang sama (misal LQ45, JII atau Kompas 27) pun
pembobotannya bisa beda.
Jalan ketiga yaitu
membandingkan sejumlah reksadana yang portofolionya berisi 5 efek yang sama
walau bobotnya beda lebih muda dilakukan. Walau peluang kesalahan (standard error)nya besar tapi cara
inilah yang paling mungkin dilakukan. Setiap manajer investasi akan merilis
portofolio reksadana kelolaanya tiap bulan yang kebanyakan berisi 5 efek
terbesar yang digenggamnya. Hampir semua reksadana dari MI besar punya
portofolio yang mirip-mirip walau persentasenya beda. Kinerja beberapa
reksadana yang isinya mirip-mirip ini bisa saling dibandingkan satu sama lain
melalui portal Bloomberg.com.
Dari ketiga cara diatas,
yang paling mudah dan mungkin dilakukan adalah cara ketiga. Cukup membandingkan
sejumlah reksadana yang isinya mirip, cari nilai rata-ratanya, maka itulah
harga wajarnya. Atau bila 5 portofolio saham dalam suatu reksadana saham
harganya di bawah nilai wajar, itulah saat membeli reksadana tersebut (cara
pertama).
Walau kalau ditanya, berapa
sebenarnya harga wajar suatu reksadana atau efek manapun, saya pun tidak tahu.
Komentar