Pertama, bursa tidak
mencerminkan segala yang terjadi di pasar riil. Sebagian ekonom berargumen
bahwa kondisi bursa efek adalah indikator awal kondisi ekonomi suatu negara.
Sayangnya sebagian pihak, terutama hedge
funds, bisa mengendalikan fluktuasi bursa efek suatu negara dan menimbulkan
sinyal palsu (noise) mengenai
indikator awal kondisi ekonomi itu. Kalau bursa turun sampai 5% dalam seminggu
belum tentu sebuah pertanda bahwa kondisi ekonomi atau industri suatu negara
bakal turun (kontraksi) 5% di bulan itu.
Kedua, bursa dimanapun saat
ini masih dipengaruhi emosi yang disebabkan rumor dan sentimen pasar. Kalau ada
gosip bahwa suku bunga acuan akan turun atau adanya peraturan fiskal baru,
pelaku bursa akan bereaksi dengan membeli atau menjual saham, tergantung sudut
pandang mereka. Bila sebagian besar pelaku bursa berpandangan positif dan
membeli saham, bursa akan naik. Bila sebagian besar berpandangan negatif dan
menjual saham, bursa akan turun.
Tiga, bursa bisa
dikendalikan pemodal besar. Seperti hedge
funds atau manajer investasi yang terafiliasi dengan sekuritas dan emiten
tertentu (misal: MNC atau Bakrie Group).
Last
but not least, dana yang masuk bursa adalah hot money. Beda dengan investasi
langsung berbentuk FDI (foreign direct
investment) yang berdiam di suatu negara dalam waktu tahunan, hot money bisa masuk dan keluar kapan
saja. Bisakah sesuatu yang labil dipercaya?
Komentar