picture courtesy of |
Baru beberapa hari ini saya
sadar bahwa otak saya bekerja sangat baik bila ada bunyi-bunyian yang agak
ramai. Tidak seramai jalan raya, tapi lebih pada suara-suara bertempo cepat
dengan banyak variasi dan sedikit pengulangan. Seperti musik alternatif atau
orang mengobrol.
Penasaran, saya cari
literatur dan saya adakan percobaan terhadap diri sendiri. Saya coba untuk
mengerjakan tugas, membuat kerajinan atau menulis artikel di kesunyian nyaris
total saat dinihari. Hasilnya kurang menggembirakan. Saya berhenti menulis dan
mengerjakan tugas dalam 15 menit, dan beralih membaca BusinessWeek. Tapi ketika saya tambahkan musik (musik
orkestra,tepatnya) dengan volume normal, otak saya mulai bekerja dengan cepat
dan saya bisa menulis dan menghitung dengan tangkas.
Menurut sejumlah tulisan di NeuroAccoustic dan Technology Review, suara dan bunyi memang bisa mempengaruhi otak
manusia bekerja. Hanya, bunyi-bunyian yang berpengaruh ditentukan oleh
preferensi atau selera pendengarnya. Penggemar dangdut mungkin akan tertidur
mendengar koleksi Liszt atau Tschaikovsky, sementara penikmat musik klasik yang
anti dentuman drum akan pusing atau muntah bila disuguhi musik cadas alias
rock.
Berangkat dari pengalaman dan
literatur di atas , saya memutuskan untuk menambahkan unsur musik dan radio ke
dalam rutinitas saya. Stasiun radio dengan penyiar yang cerewet,aktif
berinteraksi, dan senang memutar lagu Top40 untuk rutinitas menulis atau
membuat konsep, dan lagu dengan dengan beat
sedang dan volume rendah untuk kegiatan berhitung. Selama tidak dihadapkan
dengan perubahan jadwal mendadak, sejauh ini rutinitas saya cukup menyenangkan
dan memberi hasil.
Bagaimana dengan anda, suara
seperti apa yang paling sesuai untuk kegiatan anda?
Komentar