Langsung ke konten utama

Think Like A Freak by Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner

Duo ekonom kriminolog dan wartawan ini datang kembali dengan buku ketiga mereka, Think Like A Freak. Jika di Freakonomics dan Super Freakonomics mereka lebih banyak membongkar dan meneliti misi tersembunyi di sejumlah hal, maka di buku ketiga ini mereka mengajak pembaca-pembaca setianya berpikir seperti mereka.
Think Like A Freak sebenarnya mengajak kita berpikir lebih kritis, tidak mudah percaya akan sesuatu, multi dimensi, tidak memandang sesuatu dari satu sudut pandang saja, tapi dari sudut pandang orang lain, dan dari sudut pandang anak-anak. Kenapa anak-anak? Karena anak-anak punya rasa keingintahuan tinggi, tidak terkungkung oleh pandangan masyarakat dan praduga diri sendiri.

Buku ini tidak hanya mengajak kita berfikir dari sudut pandang lain. Seperti kedua buku pendahulunya, Think Like A Freak juga dilengkapi riset-riset investigasi kriminologi, terutama perilaku kriminal, spesialisasi ekonom Steven Levitt. Dan cara keduanya bercerita sanggup membuat pembaca manapun bersedia menekuni buku ini sampai lupa waktu.
Dibandingkan dengan buku karya ekonom lain, misalnya Alex Epstein, Nassim Nicholas Taleb, Tim Harford, atau Simon Kuper, serial Freak karya duo Levitt dan Dubner ini unggul dalam hal fokus perilaku ekonomi manusia yang berhubungan dengan kejahatan. Pemilihan kata dan rangkaian cerita pun sangat baik sehingga mudah dipahami dan mengundang gelak tawa. Karya Taleb terlalu filosofis, Harford (walau sama-sama berfokus pada insentif) temanya terlalu luas, Kuper fokus pada ekonomi sepabola dan Epstein fokus pada ekonomi energi. Karya-karya mereka tidak saling menggantikan, justru saling melengkapi. Dengan membaca karya-karya mereka, kita bisa tahu sejumlah tema secara lebih mendalam, tidak hanya di permukaan seperti saat kita membaca koran atau majalah.
Think Like A Freak dapat diperoleh di Google Play dengan harga hanya 86ribu. Kita bisa membelinya lewat pulsa (kalau memakai kartu Indosat), kartu debit atau kartu kredit. Mengingat kedua buku pendahulunya sudah diterjemahkan oleh Gramedia, kolektor dan pembaca setia bisa menunggu beberapa bulan untuk mendapatkan versi terjemahannya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.