Apa saja persamaan Coca Cola,
Kraft, Kellogg, Nestle, General Mills dan Cargill? Jawabannya: mereka ialah
pelaku penting dalam dunia makanan olahan. Merekalah yang bertanggung jawab
atas biskuit, pasta, cake, roti dan
berbagai makanan instran di Amerikan Serikat. Lebih dari seratus perusahaan pembuat
makanan olahan seperti kripik kentang, permen, coklat dan biskuit memakai
garam, gula dan lemak dalam jumlah jutaan ton untuk makanan yang mereka
produksi. Mereka bertanggung jawab atas kenaikan drastis angka obesitas yang
dialami penduduk AS 3 dekade terakhir ini.
Cerita dalam Salt, Sugar, Fat
dibuka oleh pertemuan sejumlah petinggi produsen makanan olahan di Minneapolis,
8 April 1999, di markas besar Pillsbury. Agenda pertemuan itu: bagaimana
menghadapai epidemi obesitas (kegemukan) di seluruh AS. Penggagas pertemuan
tersebut,Michael Mudd (Wakil Presiden Kraft) dan James Behnke (CEO Pillsbury).
Mereka khawatir bahwa meningkatnya tingkat obesitas terutama disebabkan oleh
makanan produksi mereka sendiri, dan mengajak perusahaan-perusahaan lain dalam industri
makanan olahan untuk bekerjasama memperlambat laju tingkat obesitas dengan
mengurangi kandungan gula, garam dan
lemak dalam makanan olahan mereka. Upaya tersebut, tentu saja, gagal.
Tidak ada satupun CEO yang tertarik mengurangi kandungan ketiga bahan tersebut
karena bisa mengurangi penjualan. No
taste, no sales, no profit. Michael Moss pun menginvestigasi masifnya
penggunaan gula, garam dan lemak di industri makanan.
Seperti judul bukunya, ada 3
bagian utama dalam buku ini: enam bab didedikasikan untuk gula, 5 bab untuk
lemak dan 3 bab untuk garam. Setiap bagian dan bab membahas perusahaan tertentu
yang sangat bergantung pada salah satu dari ketiga bahan tersebut. Bagian gula
(sugar) berisi: sejarah, strategi produksi, strategi pemasaran, dan sains
terkait Dr.Pepper, Coca Cola, General Foods (sekarang sudah merger dengan
Kraft), dan Kellogg. Fat atau lemak berisi paparan terkait Kraft, Oscar Mayer
(kebetulan anak usaha Kraft), keengganan USDA (Departemen Pertanian Amerika
Serikat) membatasi konsumsi lemak dalam makanan, serta usaha Kraft membatasi
kandungan lemak dalam produk makanan olahan mereka. Bagian Salt (garam) berisi
cerita tentang Cargill (pemasok bahan baku makanan olahan) dan Frito-Lay
(produsen keripik kentang).
Salt, Sugar, Fat dibangun dari
sudut pandang obyektif Michael Moss. Pertama ia akan melemparkan salah satu
alasan biologis kenapa gula(atau lemak, atau garam) menarik bagi tubuh manusia,
biasanya dengan mewawancarai peneliti di Monell Chemical Senses Center (yang
juga merupakan sumber tulisan utama bagi Gulp karya Mary Roach). Lalu ia akan
mendatangi ahli nutrisi atau food chemist
yang bertanggung jawab atas makanan olahan di salah satu perusahaan,
misalnya Al Clausi di General Foods atau Dean Southworth dari Kraft. Ia
kemudian mewawancarai pensiunan petinggi salah satu perusahaan tersebut,
seperti Jeffrey Dunn (Coca Cola) atau Michael Mudd (Kraft), dan bertanya apa
pendapat mereka tentang kontribusi perusahaan mereka terhadap tingginya tingkat
kegemukan di AS. Selanjutnya, Moss bercerita sejarah perusahaan tersebut, dan
strategi-strategi pemasaran apa saja yang sudah dilakukan untuk meningkatkan
konsumsi penganan instan dan ringan di seluruh AS.
Sebagian tokoh di atas, seperti
Jeffrey Dunn dan Michael Mudd, berusaha memperbaiki pola makan konsumen saat
mereka masih berada di dalam manajemen perusahaan, sampai mereka dipecat karena
tindakan tersebut mengurangi pertumbuhan penjualan. Dunn kemudian mencoba
menawarkan makanan sehat (wortel) dengan trik pemasaran yang didapat selama mereka
bekerja. Sebagian, seperti Howard Moskowitz dan Dean Southworth, bergabung
dengan lembaga advokasi dan pendidikan konsumer.
Buku yang sangat-sangat bagus
ini sangat direkomendasikan bagi pelaku bisnis, mahasiswa jurusan pemasaran dan
strategis, food nutritionist dan food chemist. Dari satu buku ini saja
kita bisa belajar berbagai trik presentasi marketing, produksi makanan ringan,
sejarah perusahaan dan demografi penduduk AS, bagaimana menghadapi tekanan
tuntutan hukum, dan bagaimana mencium peluang di saat krisis. Kalau mendadak
kita kesulitan menghadapi presentasi atau proposal kita tidak laku, kita bisa
membuka-buka lagi buku ini dan belajar berbagai trik di dalamnya.
Buku setebal 400 halaman ini
bisa didapat di Google Play (seharga IDR120ribu) atau Periplus (IDR 160ribu).
Pastikan untuk membeli buku di Google Play di sabtu pagi agar mendapat diskon
25%.
Komentar