Langsung ke konten utama

From Meg Cabot: Size 12 Is Not Fat dan Size 14 Is Not Fat Either

Pernahkah terbayangkan bagaimana jadinya Taylor Swift atau Raisa bila kejayaan mereka sudah pudar? Ketika mereka akhirnya dicampakkan perusahaan rekaman dan streaming musik? Atau saat pundi-pundi kekayaan mereka dikuras habis oleh orang-orang terdekat mereka sehingga mereka harus bekerja keras hanya untuk makan dan membayar sewa kos? Itulah yang terjadi pada Heather Wells.
Heather Wells, tokoh utama dalam serial Size 12/ Heather Wells karya Meg Cabot, adalah seorang bintang pop kelas menengah yang sudah bangkrut di usia akhir 20an. Kontraknya diputus label rekaman, tunangannya mendepaknya, ibu dan manajernya kabur bersama seluruh hartanya ke Argentina, dan ia tidak punya sepeser uang pun untuk hidup. Untunglah kakak mantan tunangannya bersedia menampungnya. Heather memutuskan untuk berkuliah untuk mengambil gelar Sarjana dan Master, sambil bekerja sebagai pengurus asrama Fischer Hall, di New York College.

Malang bagi Heather, Fischer Hall adalah tempat sempurna bagi munculnya sejumlah pembunuhan. Di buku pertama, Size 12 is Not Fat, mahasiswi terbunuh di lift. Buku kedua, Size 14 Is Not Fat Either, potongan kepala seorang cheerleader ditemukan di panci dapur. Akibat rasa penasaran dan kenaifannya sendiri, Heather selalu berhasil menemukan para pembunuh dan mengkonfrontasi mereka. Di samping urusan kriminal, ia pun disibukkan oleh urusan asmara dan keluarga nya sendiri.
Pasca membaca kedua buku ini, karakter Heather Wells adalah wanita dengan kegagalan karir yang menyakitkan yang berupaya bangkit menata hidupnya lagi. Ia terlalu peduli kepada semua penghuni asrama Fischer Hall dan teman-temannya sampai ia terlihat terlalu mudah diperalat. Tapi kekuatan dan kelemahannya itulah yang membuat pembaca menyukainya. Pembaca ingin mengetahui reaksi dan tindakan Heather selanjutnya, saat ia dihadapkan pada suatu perkembangan sosial atau kasus.
Seperti dalam She Went All The Way atau The Guy Next Door, Meg Cabot dengan cerdas berhasil meramu roman picisan, komedi, cerita sehari-hari, dan petualangan detektif menjadi cerita chick lit atau metropop yang segar dan lekat dibaca. Pembaca akan kesulitan menaruh serial Heather Wells saat mulai membacanya. Kedua buku ini bisa dibeli di toko-toko buku terdekat dengan harga ±IDR 55 000. Buku-buku setebal 220 halaman ini layak dikoleksi sebagai penyegar pikiran di kala penat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.