Pertanyaan yang kadang menghinggapi saya ketika sedang berada di suatu tempat adalah : apa yang bisa aku nikmati di sini? Windy Ariestanty berbeda. Ia mempertanyakan apakah suatu tempat yang dikunjunginya mempunyai makna rumah baginya. Bagi Windy, jalan-jalan bukan sekedar kegiatan liburan atau menyegarkan pikiran tetapi juga kegiatan menyelami budaya, kegiatan sehari-hari atau makna melakukan perjalanan itu sendiri. Kata "rumah" beberapa kali diulang karena ia mempertanyakan sejauh mana seseorang merasa nyaman di tempat baru. Di Life Traveler makna rumah dipertanyakan Windy kepada dirinya sendiri.
Seperti umumnya buku perjalanan lainnya, Life Traveler memaparkan pandangan penulisnya tentang suatu tuempat ataupun perjalanan yang dilaluinya. Buku ini memuat juga saran-saran untuk pembaca sebelum mengunjungi suatu tempat, lokasi-lokasi yang sebaiknya dikunjungi, dan macam-macam cara untuk menikmati suasana di suatu tempat.
Beberapa tempat yang dikunjungi Windy dalam buku ini antara lain Indochina (Vietnam, Kamboja, Thailand), Frankfurt, Praha, Heidelberg, Lucerne,Paris, Amsterdam, Chicago dan Cherokee. Ia mengunjungi tempat-tempat tersebut dengan teman-teman yang berbedam walau terkadang sendirian. Ia menulis berbagai kesan yang didapat dari berbagai tempat yang dikunjungi. Kesan yang ditulis tidak hanya mengenai suatu tempat tetapi juga tentang manusianya atau teman seperjalanannya.
Selain cerita dari WIndy ada tambahan cerita dari dua orang sahabatnya, Dominique dan Yunika. Mereka juga memaparkan cerita mengenai tempat-tempat yang mereka kunjungi. Bagaimana mereka bisa sampai ke sana dan kesan apa yang mereka dapat, apa yang terlintas dalam benak mereka ketika berada di tempat itu, dan lain-lain.
Dari buku ini kita dapat memperoleh beberapa tips ketika akan berwisata. Misalnya sesuaikan pakaian yang akan dibawa dengan lamanya perjalanan, memakai space maker untuk menghemat tempat, memilih baju yang sesuai dengan tempat tujuan, dan beberapa tips lainnya.
Setelah membaca buku ini mungkin beberapa orang jadi bertanya-tanya dan penasaran, seperti apakah Vietnam, Lucerne atau Frankfurt itu? Begitu pula saya. Setelah membaca Frankfurt : Mula Harahap, Goethe Haus dan Book Fair, saya semakin berhasrat mengunjungi Jerman, negara pemimpin Uni Eropa.
Seperti umumnya buku perjalanan lainnya, Life Traveler memaparkan pandangan penulisnya tentang suatu tuempat ataupun perjalanan yang dilaluinya. Buku ini memuat juga saran-saran untuk pembaca sebelum mengunjungi suatu tempat, lokasi-lokasi yang sebaiknya dikunjungi, dan macam-macam cara untuk menikmati suasana di suatu tempat.
Beberapa tempat yang dikunjungi Windy dalam buku ini antara lain Indochina (Vietnam, Kamboja, Thailand), Frankfurt, Praha, Heidelberg, Lucerne,Paris, Amsterdam, Chicago dan Cherokee. Ia mengunjungi tempat-tempat tersebut dengan teman-teman yang berbedam walau terkadang sendirian. Ia menulis berbagai kesan yang didapat dari berbagai tempat yang dikunjungi. Kesan yang ditulis tidak hanya mengenai suatu tempat tetapi juga tentang manusianya atau teman seperjalanannya.
Selain cerita dari WIndy ada tambahan cerita dari dua orang sahabatnya, Dominique dan Yunika. Mereka juga memaparkan cerita mengenai tempat-tempat yang mereka kunjungi. Bagaimana mereka bisa sampai ke sana dan kesan apa yang mereka dapat, apa yang terlintas dalam benak mereka ketika berada di tempat itu, dan lain-lain.
Dari buku ini kita dapat memperoleh beberapa tips ketika akan berwisata. Misalnya sesuaikan pakaian yang akan dibawa dengan lamanya perjalanan, memakai space maker untuk menghemat tempat, memilih baju yang sesuai dengan tempat tujuan, dan beberapa tips lainnya.
Setelah membaca buku ini mungkin beberapa orang jadi bertanya-tanya dan penasaran, seperti apakah Vietnam, Lucerne atau Frankfurt itu? Begitu pula saya. Setelah membaca Frankfurt : Mula Harahap, Goethe Haus dan Book Fair, saya semakin berhasrat mengunjungi Jerman, negara pemimpin Uni Eropa.
Komentar