Melanjutkan tulisan saya sebelumnya soal Pembatasan Subsidi Premium, saya ingin menyinggung sedikit tentang pengaruhnya terhadap pergerakan emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia. Pemerintah saat ini masih bingung apakah akan menaikkan harga premium bersubsidi yang berarti mengurangi subsidi bensin, atau menghapus subsidi sama sekali dan memberikan insentif langsung kepada industri-industri yang terkena imbasnya.
Saya asumsikan pilihan kedua yang akan diambil pemerintah. Maka harga premium akan naik di kisaran IDR 5510-6900. Harga Pertamax sendiri saat ini antara IDR 8500-8700. Kalau dilihat harga per liternya, harga premium memang lebih murah dibanding pertamax. Tetapi memakai pertamax lebih hemat untuk jangka panjang karena membuat mesin lebih awet, jarak tempuh per liter lebih panjang, dan biaya perawatan berkurang. Maka masyarakat yang masih memiliki mobil keluaran lama (bahan bakar premium) diharapkan segera membeli mobil keluaran baru yang berbahan bakar pertamax.
Saat ini ada dua produsen utama kendaraan yang listing di bursa, yaitu ASII (Astra International) dan IMAS (Indomobil). Perpindahan bahan bakar dari premium ke pertamax diharapkan membuat penjualan kendaraan-kendaraan produksi kedua emiten tersebut laris. Apalagi mereka sedang rajin mengeluarkan desain-desain mobil baru dan meningkatkan kualitas pelayanan pasca-jual. ASII dan IMAS adalah dua emiten yang harga saham per lembarnya termasuk tinggi di BEI karena kinerja yang bagus dan keuntungan yang terus meningkat. Membeli kedua saham ini bisa dikategorikan investasi jangka pendek (kurang dari 1 tahun) karena kenaikan harga sahamnya relatif cepat dan keuntungan per sahamnya tinggi.
Masyarakat yang tidak mampu membeli kendaraan secara tunai bisa memanfaatkan fasilitas pembiayaan kredit. Efek selanjutnya adalah permintaan kredit ke lembaga-lembaga pembiayaan seperti Adira (ADMF) dan Clipan (CFIN) naik. Pendapatan mereka naik, keuntungan meningkat, dan harga saham naik.
Industri lain yang juga ikut menikmati keuntungan dari larisnya penjualan mobil adalah produsen ban dan onderdil kendaraan seperti Gajah Tunggal (GJTL),Multistrada (MASA), Astra Otoparts (AUTO). Keuntungan dari penjualan ban dan onderdil ikut naik karena tingginya permintaan, baik dari produsen otomotif maupun dari industri servis.
Industri ban dan pembiayaan (leasing) memerlukan dana guna belanja modal dan ekspansi usaha. Kemana lagi mereka akan meminjam uang kalau bukan dari bank? Pembiayaan dari bank saat ini adalah cara termurah untuk mendapatkan dana cepat. Asal memiliki rekam jejak baik dan rajin melunasi hutang yang jatuh tempo, bank pasti bersedia meminjamkan dana.
Bank juga tidak asal meminjamkan dana ke industri yang membutuhkan. Mereka pasti menetapkan kisaran bunga tertentu agar bisa meraih laba dari dana yang dipinjamkan. Keuntungan yang diraih industri perbankan juga mempengaruhi harga saham mereka. Besar keuntungan yang diraih akan mengangkat harga saham emiten perbankan. Sejauh ini emiten perbankan yang memiliki penguasaan pasar besar dan rajin menyalurkan kredit antara lain Bank BRI (BBRI), Mandiri (BMRI), dan BCA (BBCA).
Walaupun kenaikan keuntungan dan tingginya permintaan merupakan faktor utama penggerak harga saham, tetapi ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi. Seperti kurs nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, persentase bahan baku yang diimpor, dan sentimen luar negeri. Jadi sebelum membeli saham, telitilah membaca laporan keuangan emiten yang bersangkutan agar tidak terjebak harapan diri sendiri.
Komentar