Well, indeks dalam reksadana indeks
artinya memang sama dengan indeks pada forex, hanya prakteknya berbeda.
Reksadana indeks adalah reksadana yang 80% (atau lebih) berinvestasi di
saham-saham yang dianut suatu indeks. Misal reksadana indeks Dinar yang
menginvestasikan 95% lebih dananya ke 30 saham yang masuk Jakarta Islamic
Indeks. Di NYSE ada MSCI Small Cap Emerging Market yang menginvestasikan
dananya di saham-saham berkapitalisasi menengah di negara berkembang seperti
Indonesia, India, Filipina atau Malaysia.
Di Indonesia sendiri tercatat ada beberapa
reksadana indeks, antara lain : Dinar (Danareksa Indeks Syariah), CIMB
Principal Index IDX-30, Premier ETF LQ-45, OSK Nusadana LQ45 Tracker, Kresna
Indeks 45, dan ABF IBI Fund dari Bahana.
Reksadana indeks dipopulerkan oleh
pendiri Vanguard, John C. Bogle dan Warren Buffett. Menurut mereka, reksadana
indeks adalah cara paling aman dan menguntungkan bagi pemula yang ingin
berinvestasi dan investor jangka panjang. Kenapa? Karena reksadana indeks
mencakup hampir semua saham yang ada di bursa atau indeks yang dianutnya,
nilainya tidak sefluktuatif RDS atau RDC sehingga investor lebih aman top-up
tiap bulan, dan biaya pengelolaannya kecil. Sebagai informasi, biaya
pengelolaan (management fee) Dinar
hanya 1%, dan Vanguard S&P 500 kurang dari 0.5%. Rata-rata biaya
pengelolaan reksadana 2-4% per tahun.
Teorinya, reksadana indeks mencakup
hampir semua (80% atau lebih) saham aktif dalam indeks pengacunya. Seperti
Dinar memasukkan ke-30 saham dalam Jakarta Islamic Indeks, atau Premier ETF
LQ-45, OSK Nusadana LQ45 Tracker, dan Kresna Indeks 45 memasukkan 45 saham
dalam LQ45. Tujuan utamanya untuk mendapatkan imbal hasil yang sama dengan
indeks yang dianutnya. Metode pengelolaan reksadana indeks harus pasif (sangat
jarang bertransaksi) untuk meminimalkan biaya.
Kenyataannya di Indonesia agak meleset
dari teori. Kalau kita cukup telaten membaca fund fact sheet ke-5 reksadana
indeks di atas tiap bulan, kita akan menemukan bahwa 5 besar saham dalam
portofolionya berbeda-beda tiap bulan. Kadang saham teratas mencakup 4% lebih
dari portofolio.
Kekurangan lainnya, indeks IDX LQ45
berubah tiap 6 bulan. Tiap indeks LQ45 berubah, apakah Manajer Investasi
pengelola akan mengubah bobot portofolio yang berarti bertransaksi lagi? Bisa
dipastikan ya, karena dalam setiap pembaruan, ada 3-7 saham yang keluar masuk
LQ45. Tambahan transaksi = bertambahnya biaya = berkurangnya return.
Terkadang, Manajer Investasi menaikkan
jumlah transaksi saham yang masih satu grup dengannya agar saham-saham tersebut
bisa masuk LQ45. Kenapa? Karena LQ45 adalah simbol kepercayaan. Kalau suatu
saham bisa masuk LQ45, ia akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari bank
dengan bunga kredit yang lebih rendah atau menjual surat utang dengan kupon
yang lebih rendah.
Semua kelemahan dari reksadana indeks
diatas juga dimiliki oleh reksadana saham dan campuran lainnya. Penyebab
utamanya adalah lemahnya transparansi dari Manajer Investasi dan lemahnya
pengawasan dari OJK (dulu Bapepam). Manajer Investasi tidak diwajibkan membuat
laporan keuangan dan mempublikasikannya ke publik. Mereka juga tidak diwajibkan
menjelaskan alasan pengambilan keputusannya kepada pemilik dana dan pemangku
kepentingan.
Paling tidak, kita sudah mencoba.
Kelima Manajer Investasi tersebut sudah mencoba meracik reksadana indeks yang
berbiaya rendah. Dengan bantuan OJK, semoga kedepannya pengelolaaan reksadana
indeks bisa lebih pasif dan transparan.
Komentar