Langsung ke konten utama

Stockpick for Dummies : Portofolio

      Portofolio adalah isi keranjang investasi kita. Isi keranjang tersebut bisa saham, reksadana, properti (tanah,rumah), surat utang (obligasi, ORI,SUKRI) atau deposito. Keranjang portofolio bisa disesuaikan dengan tujuan kita. Jadi ada portofolio pensiun, portofolio untuk beli rumah, portofolio sekolah anak, atau portofolio trading.
       Untuk portofolio dengan tujuan jangka panjang seperti beli rumah, sekolah anak atau pensiun dianjurkan berisi saham, reksadana, tanah (tanah tanpa bangunan lebih mudah dijual dan kalau lokasinya bagus kenaikannya bisa 40% per tahun) atau investasi jangka panjang lainnya.
       Portofolio jangka pendek seperti portofolio trading harian dianjurkan berisi saham yang trennya naik. Sedang portofolio untuk hidup harian berisi instrumen yang kurang berisiko seperti deposito atau obligasi.
       Mencampur portofolio bisa saja dilakukan. Misal punya reksadana, surat utang, tanah, saham, dan deposito dengan tujuan yang berbeda tanpa menggolongkannya. Saham untuk pensiun, reksadana dan surat utang untuk sekolah anak, rumah untuk naik haji, dan sebagainya.
       Yang perlu diperhatikan ketika menyusun portofolio adalah tujuan dan review secara berkala. Tujuan sudah dibahas di atas. Review wajib dilakukan pada instrumen investasi berisiko tinggi seperti saham dan reksadana tiap semester. Review saham dan reksadana ini untuk melihat apakah pertumbuhan nilai investasi sudah sesuai tujuan atau tidak.
       Misal punya reksadana saham dengan target pertumbuhan 18% per tahun. Tapi sudah satu semester dipegang pertumbuhannya tidak sampai 9%. Maka dilihat penyebabnya dan dibandingkan dengan reksadana saham lain. Kalau penyebabnya kondisi bursa sedang turun, IHSG turun, dan imbal hasil reksadana saham lainnya juga tidak memuaskan, maka reksadana saham tersebut bisa terus dipegang. Tapi kalau IHSG sudah naik dan reksadana saham lain yang umurnya sama dengan reksadana saham yang dipegang returnnya juga naik, maka perlu ditelisik lebih lanjut penyebabnya.
     
      Portofolio bisa berubah-ubah sesuai kemampuan dan kondisi keuangan seseorang. Portofolio seorang fresh graduate berbeda dengan seorang middle manager. Yang pertama isi portofolionya mungkin hanya reksadana atau saham 100ribuan, sedang isi portofolio si middle manager sudah mencakup rumah dan obligasi.
     Untuk seorang pemula, portofolio bisa mulai dibangun dari reksadana. Saat ini banyak Manajer Investasi yang menawarkan reksadana mulai 50ribuan. Tiap bulan seorang pemula bisa membeli reksadana mulai 100ribu di tanggal yang sama dan jumlah yang sama melalui internet banking (metode DCA). Saham konsumer bisa dibeli mulai 500ribuan. Bagi pemula, saham farmasi (INAF & KLBF) dan transportasi (ASSA & TAXI) bisa dipilih.
     Kelak saat jumlah investasi reksadana sudah cukup besar, mulailah membeli rumah tempat tinggal. Dana reksadana bisa dipakai untuk membayar DP 30%. Reksadana yang menghilang dari keranjang portofolio bisa dibangun lagi dengan mencicil dalam jumlah yang lebih besar tiap bulan.
     ORI biasanya ditawarkan pada awal tahun, sementara SUKRI pada akhir tahun. Keduanya bisa dibeli mulai 5juta per lembar. Bisa dibeli baik di sekuritas atau di bank. Di sekuritas kita hampir pasti dapat, tapi di Bank perlu jadi nasabah prioritas untuk membeli ORI (nasabah biasa baru bisa beli kalau jatah nasabah prioritas sisa). Kalau punya dana menganggur (bukan tabungan atau biaya hidup) ORI layak dimasukkan keranjang portofolio. Kupon 5-6.5% per tahun terlalu sayang untuk dilewatkan.
      Membangun portofolio saham bisa dimulai dengan memilih maksimal 20 saham dari 400an saham beredar di bursa efek. Diversifikasi atau penyebaran risiko adalah hal penting dalam membangun portofolio. Tujuannya agar saat beberapa saham turun, saham-saham dari sektor lain berkesempatan naik alias semua saham dalam portofolio tidak turun bebarengan.
      Misal saya ingin membangun portofolio saham untuk pensiun 30 tahun lagi dengan diversifikasi pada sektor konsumsi, perbankan, asuransi, ritel, dan tambang. Untuk konsumsi dipilih ICBP,KLBF,dan AISA. Perbankan BBTN dan BJBR. Asuransi PNLF. Ritel AMRT, RALS, MPPA. Tambang AKRA. Saya cukup membeli 10 saham bagi portofolio saya. Konsumsi bertindak sebagai penjaga karena sifatnya yang pelan tapi pasti. Saham lainnya berfungsi sebagai penambah nilai investasi musiman. Saat tambang turun, bisa saja asuransi naik. Atau saat ritel naik, sektor perbankan turun.

Jadi tunggu apalagi? Ayo mulai membangun portofolio investasi ^.^ 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.