Sejujurnya, baru kali ini saya
terharu sampai menitikkan air mata pasca membaca buku keuangan. Meski data yang
disampaikan kurang akurat, tapi kemampuan Michael Lewis merangkai cerita,
meramu tragedi dan akhir bahagia dalam satu cerita utuh patut diacungi dua
jempol. Ia mampu menggabungkan sejumlah tokoh nyata dari berbagai profesi di
Wall Street dan merangkai kisah hidup mereka menjadi sebuah cerita utuh yang membuat
pembacanya ketagihan, tidak bisa berhenti membaca buku ini sebelum
menamatkannya. Walau awalnya ia menambahkan satu per satu tokoh di setiap bab,
tapi di akhir bagian jalan hidup setiap orang saling terkait dan berhubungan dengan
cerita yang disusunnya.
Brad Katsuyama terkejut. Hampir
semua order (pesanan) sahamnya menghilang seketika. Tidak hanya kali ini saja,
sudah berbulan-bulan ia mengalami hal yang sama. Ronan Ryan berambisi menjadi trader Wall Street, namun ia malah
mengetahui hal-hal busuk tentang Wall Street dari dalam. John Schwall, kepala
bagian Bank of America yang merasa loyalitasnya dimanfaatkan perusahaan tempatnya
bekerja untuk melakukan hal-hal yang merugikan investor, memutuskan resign. Bertiga, mereka bekerja sama
mencari tahu apa yang sedang terjadi di Wall Street.
Beberapa tokoh pendukung lain dimunculkan
satu persatu, di antaranya Rob Park, Francis Chung, Brad Aisen, Dan Bollerman,
Constantine Sokoloff, Allen Zhang, dan Billy Zhao. Diselipkan pula tragedi yang
menimpa Sergey Aleynikoff, programmer handal imigran Rusia, mantan karyawan
Goldman Sachs, yang dituntut perusahaannya sendiri karena mengirim kode
pemrograman ke email pribadi.
Michael Lewis pernah
mengungkapkan daam salah satu wawancara bahwa ia menulis Flash Boys karena
terinspirasi tragedi yang dialami Aleynikoff. Kisah Aleynikoff disini terasa
bagai sebuah paradox, karena saat Brad dan sekondannya berhasil mewujudkan hal yang
mereka impikan selama ini, Aleynikoff justru harus mendekam di penjara untuk
kejahatan yang ia, jaksa dan hakimnya sendiri tidak paham.
Antagonis dalam Flashboys adalah
para High Frequency Traders, bank-bank raksasa dan bursa-bursa efek. HFT
mengeruk uang investor dengan memanipulasi informasi beli dan jual saham yang diinginkan
investor (informasi ini hanya bank dan broker
dealer yang mengetahui). Broker dealer
dan perbankan menjual informasi tentang investor dengan nilai ratusan juta
dollar per tahun. Bursa-bursa efek (Nasdaq, NYSE, BATS, dan lain-lain) dengan sukarela
menjua aliran order investor kepada HFT. Dunia dalam Flashboys adalah zero-sum-game, dimana HFT, bank, broker dealer(di Amerika Serikat, bank
juga memiliki divisi broker dealer),
dan bursa-bursa efek mengeruk tabungan dan investasi investor dengan serakah.
Yang paling buruk di antara
bank/broker dealer adalah Goldman
Sachs, bank yang juga mempekerjakan Sergey Aleynikoff. Goldman Sachs, bersama
Credit Suisse, UBS, Morgan Stanley, Citibank, dan sejumlah bank raksasa lain
menciptakan rimba perdagangan saham bernama dark
pools dimana investor kehilangan kendali informasi atas order saham mereka.
Tiap bank memiliki dark pool tersendiri.
Sigma X adalah dark pools milik Goldman
Sachs, MS Pool dimiliki Morgan Stanley. Dark
pool terbesar dimiliki Credit Suisse, yang dinamai Crossfinder.
Flashboys dipenuhi dengan jargon
dan istilah yang sebagian besar hanya dimengerti oleh pelaku aktif pasar modal.
Kata-kata sepperti gap, order, buy, sell,
middle price, slice, routing order bertebaran di sepanjang cerita. Lewis sudah
berusaha sebaik mungkin untuk memberi penjelasan dan catatan kaki agar pembaca yang
bukan berasal dari dunia keuangan bisa paham. Sayangnya, tidak ada kamus
singkat di bagian akhir buku.
Baru kali ini saya membaca buku
tentang dunia perdagangan saham yang sama sekali tidak membosankan dan mampu
mempermainkan emosi saya. Hebatnya lagi, hampi semua tokoh (paling tidak, 2/3
tokoh yang digoogling) adalah tokoh nyata. 5 dari 5 bintang untuk Michael Lewis
dan Flashboysnya.
Komentar