Beberapa minggu yang lalu bursa
saham dihebohkan oleh kegiatan share swap
yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower
Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel
dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9%
hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel.
TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas
5.9% saham TBIG.
Seperti sudah digambarkan dari
peristiwa di atas, share swap adalah
pertukaran saham antara 2 perusahaan. Biasanya dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek. Namun sebetulnya
sering juga dilakukan di sejumlah perusahaan kecil dalam bentuk pernikahan atau
pertukaran aset, “saya serahkan anak saya ke perusahaan anda, tapi saya dapat
50% saham di perusahaan anda”. Atau hanya bertukar saham saja seperti TLKM dan
TBIG.
Apa keuntungan share swap? Kita ambil contoh saja dari
kasus di atas. Bagi Telkom, share swap ini
menguntungkan karena mereka jadi punya kepemilikan relatif besar (5.9%) atas
salah satu operator BTS (menara pemancar sinyal telepon). Mereka pun bisa fokus
pada keahlian inti mereka dalam menghubungkan manusia, dengan melepas
kepemilikan atas Mitratel. Bagi TLKM, mengurusi dan mempertahankan Mitratel
dirasa semakin memberatkan neraca keuangan perusahaan. Pasca melepaskan
Mitratel, Telkom bisa mengarahkan perhatiannya pada pengembangan jaringan optik,
perbaikan kualitas sinyal, peningkatan layanan konsumen, dan lain-lain.
Bagi TBIG, akuisisi ini jelas
meningkatkan economies of scale mereka.
Saat proses akuisisi selesai di Kuartal III 2014 ini, TBIG akan menjadi pemain
terbesar di industri pengelolaan menara, mengalahkan Sarana Menara Nusantara
(TOWR) dan IBST. Karena punya tower lebih banyak, mereka pun punya daya tawar
lebih tinggi saat menegosiasikan kontrak kerja dengan klien-kliennya.
Keuntungan yang diterima oleh
Telkom dan TBIG ini mengalahkan kerugian yang mereka terima akibat aksi share swap ini. Telkom rugi karena tidak
menguasai (memiliki) ratusan tower
lagi(tapi apa gunanya punya banyak tower
kalau malah menggerus laba perusahaan?). TBIG rugi karena harus merawat dan
meningkatkan kualitas ribuan tower
(tetapi mereka mendapatkan tambahan cash
flow dari sewa ribuan menara ini).
Kapan share swap dilakukan? Bisa
kapan saja, asalkan kedua pihak yang berencana melakukan pertukaran
merasa cocok dan sepakat dengan persyaratan yang diajukan pihak lawan, serta
mereka berdua punya kepentingan yang sama. Dalam kasus ini, Telkom tidak dapat
meningkatkan laba dari tower mereka,
sehingga memilih untuk menjualnya. Kontribusi tower-tower tersebut bagi Telkom ±1,5Triliun di 2013, hanya 2% dari
pendapatan Telkom di 2013. Dengan menjualnya ke TBIG, Telkom bisa mendapatkan
tambahan uang tunai. TBIG pun berkepentingan memiliki tower-tower tersebut. Selama dikelola Telkom/Mitratel, utilitasnya
(tenancy ratio) hanya 1.1x. Jika
dikelola oleh TBIG yang berpengalaman di dunia pengelolaan tower, maka tenancy ratio bisa
diangkat hingga ke angka 1.7x, memberi TBIG tambahan pendapatan dan laba.
Komentar