Lupa. Saya tidak sedang
berbicara mengenai serigala legendaris pengasuh Romus dan Romulus, saya sedang
membahas salah satu kekhilafan manusia. Saat ini saya punya kesulitan mengingat
hal-hal kecil,seperti tanggal kadaluarsa roti dan lauk, tempat menaruh jepit
rambut, siapa yang meminjam komik saya, atau siapa nama kenalan baru. Akibatnya
makanan tersebut mubazir dan dibuang, terpaksa membeli jepit baru, komik tersebut
hilang dan dicibir teman karena lupa namanya. Saya juga kalap saat ada obral buku
sehingga membeli buku yang sudah dimilki. Untunglah perpustakaan daerah mau menerima
sumbangan buku sehingga buku-buku tersebut ga mubazir-mubazir amat.
Lupa acap dialami saat pikiran
sedang penuh, melompat-lompat, dan kurang fokus. Lupa juga terjadi saat kita
kurang/tidak tertarik pada sesuatu, sedang lapar atau mengantuk. Akibat lupa
pun bermacam-macam, bisa “sederhana” seperti buang-buang makanan , hingga
pertengkaran dan renggangnya relasi.
Seiring dengan banyaknya
penyebab lupa, pencegahan dan penanggulangan lupa pun bervariasi. Kita bisa
memanfaatkan reminder di handphone, post-it yang ditempel di
tembok,atau membuat asosiasi atau merepetisi hal yang ingin diingat. Jika sudah
terlanjur lupa, obat paling manjur pastilah minta maaf (dari lubuk hati yang terdalam,
ga usah pake “tapi”), memperbaiki kerusakan yang terjadi, dan berjanji untuk
tidak mengulangi dan mencoba berhati-hati di masa depan.
Lupa adalah salah satu
mekanisme pertahanan diri manusia. Kita tidak mungkin mengingat semua hal
sekaligus. Kita pun tidak mungkin mengingat berbagai hal. Ada kalanya, kita
perlu melupakan sejumlah hal, agar kita bisa maju dan meneruskan hidup.
Komentar