Langsung ke konten utama

Talak 3 by Ismael Basbeth dan Hanung Bramantyo

Pertama kali tertarik menonton trailer Talak 3 ialah saat menunggu film Ngenest tayang. Waktu itu bioskop CGV Blitz baru saja dibuka di Jwalk, dan harga tiket nontonnya lumayan murah, IDR 20ribu untuk film lokal dan IDR 30ribu untuk film Hollywood. Saya tidak begitu tertarik menonton Ngenest, tapi itu adalah satu-satunya film lokal yang tayang jam 11.00. Sambil menunggu filmnya tayang, penonton disuguhi trailer-trailer film selama 10 menit. Dari sekian banyak trailer yang diputar, Talak 3 lah yang paling menohok. Pesan moral pernikahan yang terburu-buru, birokrat yang mudah disogok, dan pemandangan pedesaan Sleman yang cantik. I’m sold at the moment. Sesungguhnya trailer Talak 3 jauh lebih menarik dan membekas di ingatan dibanding Ngenest yang datar, membosankan, nyaris tanpa konflik, dan langka humor.

Bagas dan Risa baru saja bercerai. Sialnya mereka punya proyek bersama yang harus dikerjakan dan cicilan rumah yang harus dilunasi. Mereka tidak bisa langsung menikah lagi karena Bagas terlanjur menjatuhkan Talak 3 kepada Risa. Setelah menemui beberapa kandidat, mereka justru memilih Bimo, kolega Bagas dan teman masa kecil Risa sebagai suami kontrak. Bimo ternyata sudah sejak kecil menyukai Risa. Pertikaian mereka bertiga, ditambah adegan birokrat Departemen Agama yang korup, dengan jitu berhasil mengaduk emosi penonton.
Kekuatan utama Talak 3 terletak pada sinematografi cantik, alur cerita mengalir yang sulit ditebak, dialog lepas, akting prima Reza Rahadian dan Vino Bastian, ditambah twist menjelang akhir cerita. Isu-isu khas urban yang diangkat di sini seperti: kredit rumah melampaui pendapatan, pernikahan impulsif, dan pasangan yang belum mandiri dari wali – bahkan sesudah menikah – membuat Talak 3 sangat mewakili generasi Milennial yang beranjak dewasa dan matang.
Jika plot cerita dan sinematografi menjadi andalan Talak 3 menarik penonton dewasa, maka jajaran aktor muda sarat pengalaman dipadu komika lulusan SUCI Kompas menjadi daya tarik Talak 3 bagi penonton remaja. Sebagian besar penonton remaja yang saya wawancarai mengaku menonton karena kehadiran Dodit Mulyanto dan Reza Rahadian di Talak 3.
Talak 3 meraih 567ribu orang jumlah penonton bioskop di tahun 2016. Bagi teman-teman yang merindukan hiburan lucu yang menohok tapi tidak menghakimi, Talak 3 lah jawabannya. Campuran yang pas antara drama dan komedi mampu membuat penonton terhibur sekaligus merenung.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.