Musim semi 1974, sebagian provinsi Shaanxi
dilanda kekeringan. Gunung Li berhenti mengalirkan air. Enam orang Yang
bersaudara berinisiatif menggali celah di antara kaki gunung Li. Mereka
menggali dan menggali sampai membentur lapisan tanah yang mengeluarkan bunga
api saat dicangkul. Itulah awal penemuan Tentara Terakota (tanah liat) di makam
Kaisar Pertama Shih Huang Ti (buku ini memanggilnya Qin Shih Huang Di, tapi
saya pilih nama populernya agar mudah dipahami).
Tentara Terakota merupakan satu batalyon (±8000
patung) tentara tanah liat yang dibuat untuk menemani Kaisar pemersatu bangsa
China yang pertama, Shih Huang Ti. Mereka merepresentasikan jumlah dan tugas
kesatuan tentara yang akan menemani sang Kaisar di alam baka. Masyarakat China
menganggap kehidupan setelah mati hampir sama dengan kehidupan di Bumi, maka
seorang Kaisar memerlukan tentara, jenderal, pelayan, dan istri. Tanah liat
(terakota) dipilih karena ia mudah ditemukan, mudah dibuat, awet (cukup dibakar
dan dipernis), dan bisa dibuat ribuan dalam waktu kurang dari setahun dengan
puluhan tenaga kerja saja.
Dalam buku yang menceritakan asal usul tentara
Terakota, John Man mengisahkan sejarah China saat Shih Huang Ti berusaha menyatukan
China dan saat sejarawan besar China, Sima Qian, menuliskan kitab Shi Ji, atau
Catatan Sejarah, yang lebih dikenal dengan Records of The Grand Historian. Kitab
sejarah ini mencakup sejarah China secara keseluruhan dalam 30 Bab, mulai dari
awal sampai tahun 100 SM.
Politik kerajaan China, seperti diceritakan Sima
Qian, selalu penuh dengan perebutan kekuasaan. Dalam setiap tahun dan abad
pasti terjadi perang dan pemberontakan. Tampuk kepemimpinan diwariskan dalam
dinasti, yang kadang justru menghasilkan pemimpin yang kejam walau efektif
memerintah (bayangkan Hitler atau Stalin). Bawahan dan penasehat pun dipilih berdasar
prestasi (meritokrasi), tapi lebih sering terjadi orang yang tidak kompeten
menjadi menteri atau penasehat. Tidak heran Sun Tzu bisa menelurkan Art of War yang
praktis dan filosofis. Ia sudah banyak melihat prakteknya di dinasti-dinasti kerajaan
China.
Memasuki dunia Kekaisaran Qin 200 SM (saat Shih
Huang Ti berkuasa) atau Dinasti Han 100 SM (ketika Sima Qian hidup) pembaca
diajak memasuki dunia kuno yang tampak asing tapi nyata. Kita seolah-olah bisa
melihat pembunuhan-pembunuhan dalam istana, proses pembuatan tentara dan lubang
makam, pemberontakan yang mendera, dan kekejaman Penguasa.
Saat membaca proses pembuatan Makam, pembaca bisa
belajar bahwa ketika Eropa dan sebagian besar dunia masih berburu dan meramu,
bangsa China sudah punya sistem pemerintahan, dapat merencanakan dan membangun
sebuah makam yang akan memuat ±8000 tentara lengkap beserta senjata asli dan
patung kereta kuda dengan sistem yang mirip ban berjalan di pabrik otomotif. Bagian
massal dibuat lebih dulu bersamaan dengan penggalian pondasi lokasi makam.
Hingga Bagian ke-2 (atau Bab 11) pembaca disuguhi
cerita tentang masa lalu China. Kalau belum menonton versi dokumenter atau film
tentang kerajaan China kita mungkin akan bingung membayangkannya. Ceritanya tampak
begitu nyata di pelupuk mata. Tapi membosankan kalau tidak punya referensi. Sebelum
membaca Terracotta Army disarankan menonton Curse
of Golden Flower (politik istana) atau Red
Cliff (perang dan pemberontakan).
Di bagian ke-3 atau Bab ke-12 pembaca bisa
menikmati paparan arti penting Tentara Terakota bagi bangsa China abad ke-21
dan cerita-cerita yang menyertai. Sebagian cerita berhubungan dengan kekaguman
dunia Barat terhadap mereka. Sampai-sampai Jacques Chirac memanggilnya
Keajaiban Dunia ke-8.
Nilai yang saya petik (selain deskripsi sejarah yang
menawan) dari Tentara Terakota adalah : persiapan dan perencanaan mencakup 60%
dari keberhasilan. Sisanya ketetapan hati dan keberanian mengeksekusi rencana.
Sejarah bangsa China adalah yang termaju dan
paling awal terekspos teknologi. Ingat, merekalah penemu mesiu, kertas, sutra,
lem, dan lain-lain. Sebagian memanfaatkannya, sebagian tertarik, dan lebih
banyak lagi yang tidak peduli. Sejarah suatu bangsa pasti mengalami pasang
surut seperti halnya gelombang laut. Tapi itu tidak menghalangi manusia
berusaha dan belajar.
Komentar