Islam menyarankan kaum wanita
untuk berhijab, tujuannya untuk menutupi aurat sehingga tidak memancing hawa
nafsu pria dan filnah. Di Arab tahun 700 Masehi hal itu mungkin terasa wajar,
tapi di era modernisasi dan kesetaraan hak makhluk hidup abad 21 hal tersebut
absurd dan tidak masuk akal. Film Hijab yang disutradarai Hanung Bramantyo
menyajikan ketidaksesuaian hijab dengan filosofi kesetaraan gender.
Tersebutlah 4 orang sahabat, 3
diantaranya berhijab. Tata, Bia, dan Sari adalah 3 ibu rumah tangga pemakai
hijab. Anin, satu-satunya yang tidak memakai hijab/jilbab di empat sekawan itu
yang juga belum berminat menikah. Suatu hari suami Sari menyindir arisan
ibu-ibu yang memakai uang suami. Keempat sekawan tersebut pun memutuskan untuk
berbisnis hijab agar tidak terlalu tergantung pada pasangan. Dalam waktu
beberapa bulan saja, bisnis mereka pun meningkat pesar. Masalah mulai muncul
saat para suami mulai cemburu saat penghasilan istri mereka melebihi
penghasilan mereka sendiri. Ketiga ibu rumah tangga yang terlibat pun mulai
kesulitan membagi waktu antara bisnis dengan anak-anak mereka.
Hijab adalah film paling kocak
yang saya tonton tahun ini dialog – dialog jenaka yang dilontarkan aktor –
aktrisnya lebih lucu dibanding film komedi lokal manapun, lebih kocak dibanding
Comic8. Kekuatan utama Hijab terletak pada dialog yang spontan dan kocak tapi
tetap terikat pada cerita, sinematografi yang jernih dan berwarna-warni, dan
cerita yang tetap terkait utuh dari awal sampai akhir. Nyatis tidak ada satu
pun adegan yang terbuang sia-sia. Bahkan adegan yang terasa tidak penting di
awal cerita ternyata berperan penting menentukan pilihan salah satu tokoh
utamanya.
Menonton Hijab membuat kita
mempertanyakan peran wanita dalam budaya Islam. Mulai dari wanita diperlakukan
sebagai barang (properti), wanita harus tinggal di rumah, wanita tidak boleh
bekerja, penghasilan wanita tidak boleh melebihi suami, wanita tidak boleh
mengambil keputusan tanpa sepengetahuan dan sepersetujuan ayah atau suaminya,
wanita harus menutup seluruh tubuhnya, dan lain-lain. Hukum Islam yang
mencontek Athena memang tidak berpihak pada wanita, karena di Athena sendiri
wanita diperlakukan layaknya budak. Sementara peradaban modern memberi peran
bagi wanita modern layaknya wanita Sparta, dimana mereka bisa bekerja,
berperang, mengasuh anak, bekerja, punya properti (tanah, rumah, kebun,
ternak), dan mengambil keputusan sendiri. Hukum Islam yang berhubungan dengan
wanita tidak sesuai diaplikasikan di ranah Modern. Jika hukum Islam diterapkan
saat ini, kita tidak akan bisa dipimpin oleh Angela Merkel yang disiplin dan
welas asih atau Park Geun Hye yang taktis dan dinamis. Sebaliknya, hukum
syariah memungkinkan Hitler atau Amangkurat 1 memimpin dan membantai rakyat
mereka dengan alasan agama.
Seperti layaknya film komedi
bagi penonton Indonesia, Hijab sengaja diakhiri dengan happy ending. Akhir cerita film ini dibuat senormal dan sebahagia
mungkin, walaupun kandungna lelucon dan emansipasinya berkurang. Jika kelak
Hanung berniat menerbitkan DVDnya, Hijab termasuk wajib dikoleksi. 4.5 dari 5
bintang untuk Hijab.
Komentar