Sebagai
salah satu pengunjung setia toko buku dan perpustakaan, saya cukup rajin
mengamati buku-buku apa saja yang masuk daftar buku terlaris dan berhak dipajang
di rak khusus di depan kasir. Kalau tahun 2012 tren buku nonfiksi adalah tema
pengembangan kepribadian, maka 2013 bertema cara cepat kaya tanpa perlu kerja. Di
2014 tema yang populer adalah biografi, karena 2014 adalah tahunnya pemilihan
umum presiden dan legislatif. Sehingga, biografi tokoh-tokoh yang nyapres
berserakan di bagian best seller nonfiksi.
Untuk
kategori fiksi, karya-karya yang masuk rak best seller punya satu tema nyaris
seragam, yaitu percintaan. Tepatnya: cinta terhadap lawan jenis. Buku jenis ini
perputarannya sangat cepat. Tiap bulan pasti ada saja novel cinta yang tergusur
dari rak bestseller , hanya untuk
diganti oleh novel romansa lainnya. Padahal novel bertema petualangan atau thriller bisa bertahan di rak yang sama
berbulan-bulan. Contohnya novel Negeri Para Bedebahnya Tere Liye. Novel itu
sudah 4 bulan berada di rak best seller pada
tahun 2013, bersama dengan Cuckoo’s Calling dan Rantau Satu Muara, sebelum
digeser Inferno. Dalam kurun waktu itu, ada puluhan novel percintaan yang silih
berganti menempati rak terhormat tersebut.
Kenapa
banyak sekali buku bertema cinta, entah teenlit,
chicklit, atau fiksi sejarah yang mengangkat tema cinta? Salah satu
penyebab adalah adanya jiwa romanti di tiap orang. Manusia suka sekali membaca
fiksi romantis, lalu membayangkan merekalah pelakunya, tokoh yang mengalami
segala macam drama di fiksi. Dengan kata lain, membaca kisah percintaan membuat
orang bermimpi untuk bisa mengalaminya suatu saat kelak.
Kalau
novel cinta 2 insan yang berbeda bisa laris manis bak kacang goreng, kenapa
cinta kepada orang tua atau lingkungan tidak bisa selaris itu? Mungkin karena
menjadi orang tua itu berat. Orang tidak ingin diingatkan besarnya tantangan yang
dihadapi saat mengasuh anak. Kemudian, sangat sedikit drama yang bisa
dituliskan. Anak yang membangkang sekarang bisa diatasi secara efektif dengan dialog
atau dibiarkan menyalurkan emosinya.
Banyaknya
pengarang yang menulis cerita fiksi romantis juga berimbas pada kepopuleran
novel fiksi percintaan. Penerbit biasanya mempromosikan sejumlah buku
bebarengan. Tiap pengarang harus berjuang agar tampak menarik dan berbeda
dibanding pengarang lain agar konsumen mau membeli karya mereka. Penulis-penulis
tersebut pun jadi rajin berpromosi, entah lewat media sosial atau siaran radio.
Komentar