image belong to arneharuric.blogspot.com |
Bulan
ini saya mencoba menaikkan kelas bacaan fiksi saya. Kalau sebelumnya lebih
banyak berkutat pada fiksi detektif, thriller,
young adult atau adventure, kali
ini saya mencoba bergeser ke fiksi sejarah, tepatnya fiksi sejarah karya
Umberto Eco yang berjudul The Prague Cemetery.
Kapten
Simonini adalah seorang penduduk asli Piedmont, Turin yang berprofesi sebagai notaris.
Suatu ketika, Dinas Rahasia Kerajaan Italia menyuruhnya bergabung untuk
mengatasi pemberontakan Garibaldi di Sisilia. Karena tergiur dengan imbalannya,
ia setuju. Sejak saat itulah ia terlibat dalam berbagai kejadian penting di
berbagai tempat di Eropa.
Alur
kisah ini sangatlah lambat dengan dialog panjang. Menariknya, dialog tiap tokoh
berkaitan dengan peristiwa Pra Perang Dunia 1 yang sedang berlangsung saat itu,
termasuk di antaranya sentimen anti-semit yang mengjangkiti sebagian besar
penduduk Eropa saat itu. Pilotnya berlapis. Di 100 halaman pertama, pembaca
mungkin bingung di mana kisah akan berpijak atau mengalir. Kemudian, pembaca
bisa mengenali mengalirnya cerita dan plot yang berkembang semakin rumit. Apa yang
dikira benar ternyata salah, dan sebaliknya. Di bawah plot utama, ada plot lain
yang berjalan. Muncul plot tambahan tiap kali kapten Simonini berpindah tempat.
Prague
Cemetery adalah fiksi sejarah brilian,yang mengupas sisi terburuk perangai
manusia dan memaksa pembaca untuk memahami dan mencari arti dari tiap tindakan
dan perkataan tokoh-tokohnya. Membaca buku ini layaknya menonton film Tinker,
Tailor, Soldier, Spy. Lambat, tapi penuh kejutan dan ambiguitas. Jenis hiburan yang
menuntut kecerdasan pembacanya.
Sebelum
menikmati Prague Cemetery, ada baiknya membaca dulu Why Nations Fail karya
Daren Acemoglu atau Collapse dari Jared Diamonds. Dari kedua buku itu kita bisa
mendapat gambaran latar belakang Eropa saat itu dan memahami motif tokoh-tokoh
dalam novel.
Prague
Cemetery sangat direkomendasikan bagi penikmat fiksi sejarah yang sudah bosan dengan
Dan Brown dan ingin menikmat jenis fiksi sejarah yang lebih bermutu. 5 out of 5
stars.
Komentar